• Headline
  • H⭕rizon
  • Review
  • About us






  • 14/11/20

    Media Asing Provokatif









    JAKARTA,Mediadata.co.id-

    Sejumlah media Asing menyoroti kepulangan Rizieq Shihab setelah hampir tiga tahun meninggalkan Indonesia.  Lebih daripada itu, gerakan yang dicanangkan Rizieq berupa revolusi mental dipertanyakan. 


    Setidaknya pemberitaan tentang kepulangan imam besar Front Pembela Islam (FPI) itu mewarnai media di negara tetangga seperti Singapura ataupun Australia, serta jauh nun di Britania Raya dan Amerika Utara.


    Di Singapura, The Straits Times menurunkan setidaknya dua berita tentang kepulangan Habib Rizieq. Berita pertama berjudul Supporters throng airport to welcome back controversial Indonesian cleric (pendukung padati bandara untuk sambut ulama kontroversial Indonesia pulang).

    Berita kedua di The Straits Times bertitel Firebrand cleric ends self-exile to return to Indonesia. Artinya kurang lebih ulama penyeru radikalisme akhiri pengasingan diri untuk kembali ke Indonesia.


    Britania Raya juga, di Al Araby yang pasang berita berjudul Thousands greet exiled Indonesian Islamist cleric Rizieq Shihab on return home. Artinya, ribuan orang sambut kepulangan ulama Islam Indonesia Rizieq Shihab yang dieksilkan.


    Lalu Harian South China Morning Post (SCMP) pun tak ketinggalan. Media yang bermarkas di Hong Kong itu mewartakan kepulangan Habib Rizieq melalui berita berjudul Hardline Indonesian cleric returns from Saudi exile to call for moral revolution (ulama garis keras Indonesia kembali dari pengasingan di Saudi untuk serukan revolusi akhlak).


    Di Jepang, Nikkei Asia yang dikenal sebagai salah media terkemuka di Negeri Sakura itu menampilkan judul Indonesian Islamist leader urges 'moral revolution' on return home. Artinya ialah pemimpin Islam Indonesia serukan revolusi akhlak ketika pulang.


    Sedangkan The Washington Post di Amerika Serikat mewartakan Habib Rizieq dengan berta berjudul Firebrand Indonesian cleric returns from 3-year Saudi exile (ulama Indonsia penyeru radikalisme kembali dari 3 tahun pengasingan di Saudi, *red).


    Dan yang paling keras, 'bermain narasi' adalah Media berita online The Australian hari Kamis (12/11/2020) memberi judul ‘Porn fugitive Rizieq Shihab returns to launch Indonesian ‘moral revolution.’ Media Australia itu menulis berita terkait Habib Rizieq hingga singgung soal tindakan asusila.


    Media Asing 'Bermain Narasi

    Ketika pada kasus Papua, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono menyebut, salah satu stasiun televisi Australia, ABC Australia, ikut memberitakan masalah Papua dengan nada provokatif. Menurut Hendropriyono, hal tersebut berbahaya karena terus memperkeruh situasi di Papua.



    "Ini sudah dalam keadaan menurut saya kritis. Kita lihat kemarin di TV ABC Australia di acara Six O'clock News, itu berita diulang-ulang tentang Papua, tentang kasus Papua, yang betul-betul provokasi," ujar Hendropriyono, di kawasan Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Senin, (23/12/2019). Hendropriyono juga menilai, ada upaya penggiringan opini publik untuk menyudutkan Indonesia di dunia internasional, seperti dilansir beritasatu 2019.


    Disosmed, 'Apa yang diberitakan media Australia itu terkadang berisi fitnah 'tanpa dasar' dan 'hoax..., atau berbau prokatif ' kata sebagian nitizen, sosmed dan sajian media 'sayap lurus' di Indonesia yang menata 'berimbang. Karena faktanya, media asing, terutama negara tetangga, Australia dalam berbagai peristiwa selalu menyudutkan indonesia. Salah satu contohnya kasus-kasus OPM, Ambon, Poso. Dalam kasus Timor Leste juga Australia meng'kadali' negara tersebut. Seakan pahlawan, tetapi mengeruk kekayaan Timor Leste, yang pernah menjadi bagian NKRI sebelum referendum. Media Australia aktip berprovokatif kala itu.


    Kepulangan HRS

    “Lebih dari tiga tahun setelah dia melarikan diri dari Indonesia dan serangkaian tuntutan pidana, termasuk salah satu penyebaran gambar-gambar asusila, pemimpin Islamis terkenal Rizieq Shihab telah kembali ke sambutan pahlawan yang gembira untuk mendeklarasikan revolusi moral di negara Muslim paling padat penduduknya di dunia,” tulis media Australia, The Australian.


    Tulis media Australia lagi. "Dalam satu tahun setelah Ahok dipenjara, polisi telah mengajukan apa yang oleh banyak pendukung dikatakan sebagai kasus palsu terhadap Rizieq, yakni kasus melanggar undang-undang pornografi melalui pertukaran pesan dengan seorang wanita, termasuk gambar asusila yang kemudian bocor dan diedarkan secara daring, dan kasus lain untuk menghina ideologi negara, Pancasila,” ( The Australian).


    Reaksi pemberitaan soal kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab yang dimuat harian asing, The Australian membuat pihak Habib Rizieq berang. Media itu provokatif.


    "Pers Australia membuat judul provokatif!" tegas Damai Hari Lubis, seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (12/11). Menurut Mujahid 212 ini, judul yang digunakan media Australia tersebut keliru dan tampak sengaja dibuat tidak akurat.


    Beragam contoh judul yang ditulis media asing tersebut dinilai tidak tepat dan tidak sesuai fakta (harus Coverboot side) seperti dalam pedoman pemberitaan yang dipegang teguh insan pers. Chek and Richek.


    "Harusnya berita berjudul HRS yang dahulu 'dikriminalisasi oleh aktor intelektual yang tak bertanggung jawab' atau 'akhirnya terbukti terlepas dari jerat hukum melalui terbitnya SP3, kini telah kembali pulang ke tanah airnya Indonesia dari KSA (Kerajaan Saudi Arabia)', 'setelah hijrah dan dicekal oleh rezim di Saudi dan HRS berseru ajak bangsa Indonesia untuk melakukan revolusi akhlak'," jelas Damai.


    "Ternyata pers Australia norak juga. Selain judul berita provokatif, masyarakat dunia pun tahu sistem negara mereka adalah sekuleris, bahkan liberal (tradisi demokrasi liberal), sehingga masyarakat di negeri tersebut berkehidupan free sex dan terbiasa samen leven, maka aneh saja kok tiba-tiba seolah pornografi hal yang tabu bagi mereka?" kata Damai, dalam keterangan tertulis, Jumat (13/11/2020), seperti dilansir detiknews 


    "Dan harap media tersebut sadari, bahwa mereka adalah kolonialis atau penjajah daripada suku Aborigin, bangsa Melanesia. Sehingga tidak pantas media negara liberali namun monarkis (bagian federasi Inggris) ikut serang pribadi seorang tokoh atau seorang figur ulama besar yang bukan berasal dari bangsa mereka," sambungnya.


    Ia menduga pengusaha dari negara asing tersebut takut jika Indonesia menjadi negara yang bersyariah. Namun, ia memastikan kasus Habib Rizieq telah dihentikan penyidikannya (SP3) oleh kepolisian.


    "Jelasnya, mereka harus menghargai dan pahami apa itu SP3 yang dikeluarkan oleh Polri terhadap kasus yang sebelumnya pernah melahirkan atau berakibat character assassination atau pembunuhan karakter terhadap IB HRS salah seorang imam atau pimpinan/panutan umat negeri ini, atau mungkin saja ada pihak di negara ini yang alergi sejak lama kepada beliau terlebih beliau sudah menyatakan akan melakukan revolusi akhlak, sehingga 'Para Pecundang' butuh pers asing," katanya lagi.


    "Mungkinkah penguasa dan atau pengusaha dari negara mereka takut, usaha-usaha mereka yang berbau pornoaksi di negeri ini, tidak mulus, bahkan khawatir alami kerugian atau no profit, bila negara NKRI kelak bersyariah, atau kehidupan bernegara menjunjung tinggi moralitas," ungkapnya, dikutip dari detiknews. (DosiBre')


    ◻ref/berbagaisumber:

    detiknews.RMOL,nagara.JPNN.com,Ms/ft:ist.




    BERITA LAINNYA:


    Presiden Jokowi dan Gubernur Sumsel Serahkan Sertifikat Tanah




    |HEADLINE|Nasional|

    Para gubernur yang berkirim surat ke Presiden Joko Wiodo yang berisi aspirasi warganya untuk menolak Undang-undang Cipta Kerja (Ciptaker) semestinya tidak perlu ada. Karena bukan tugas gubernur untuk menyaluarkan aspir






    Bagikan

    Komentar & Pesan

    Nama
    Email *
    Pesan *
    Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
    _______________________________________          Adv
    __________________________________________________ 
    WAKTU SAAT INI:
    Follow:
    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   
    mediadata.co.id - News & Report   

    Tidak ada komentar: