• Headline
  • H⭕rizon
  • Review
  • About us






  • Penawaran Studi Baja Kontruksi





    September, 2018


    Pada era Pemerintahan Presiden Joko Widodo sekarang ini, pembangunan infrastruktur menjadi fokus utama untuk mendorong konsep pengembangan ekonomi  “poros maritim”-nya. Tentunya dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2015-2019, sejak 2015 lalu pemerintah menggenjot pembangunan jalan raya (jembatan), pembangunan program 1.000 km jalan tol, jalan kereta api, pelabuhan dan bandara, sumber daya air, program kelistrikan 35.000 MW, pengembangan 14 kawasan industri, kawasan wisata, pemukiman 1 juta unit rumah tapak, serta berbagai program infrastruktur lainnya.

    Tak heran di awal pemerintahannya, pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 alokasi anggaran infrastruktur mencapai Rp 290 triliun atau melonjak 63 persen dibandingkan  tahun 2014 yang merupakan penghujung pemerintahan SBY. Berikutnya tahun 2016, anggaran infrastruktur bertambah menjadi Rp 314 triliun dan APBN 2017 pemerintah mengalokasikan dana infrastrukturnya hingga sebesar Rp 387,3 triliun atau meningkat Rp 73 triliun. Bahkan dalam APBN 2018, alokasi dana infrastruktur mencapai Rp 409 trilun  yang berarti mengalami peningkatan 5,6 dari alokasi anggaran tahun sebelumnya.

    Sejalan dengan itu, bergairahnya pembangunan infrastruktur telah menjadikan konsumsi baja kontruksi di dalam negeri mengalami peningkatan yang siginifikan, misalnya baja tulangan beton (steel reinforcement bars) dalam periode enam tahun terakhir (2012-2017) mengalami peningkatan sekitar 17,7% per tahun, yaitu dari 1,67 juta ton menjadi 3,7 juta ton dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2014 lalu hingga 64,4%. Hal ini ditengarai dengan produksi baja tulangan non standar (banci) yang tidak tercatat di instansi maupun asosiasi terkait berkisar 1 juta– sampai 1,5 juta ton produksi per tahunnya.

    Sama dengan baja tulangan beton, industri bahan bakunya, konsumsi billet pada periode tahun 2013-2017 rata-rata mengalami peningkatan 14,4% per tahun, dari tahun 2012 sebesar 3,8 juta ton menjadi 6,6 juta ton tahun 2017 lalu. Sebagaian konsumsi billet itu digunakan sebagai bahan baku oleh baja tulangan beton, termasuk yang non standar (banci).

    Mengingat realisasi proyek-proyek infrastur oleh pemerintah sebahagian belum tercapai, serta banyaknya proyek-proyek properti komersial perumahan terintegrasi skala besar (rumah tapak, apartemen, mal dan lainnya), seperti Meikarta dan Sumarecon, maka maka konsumsi baja konstruksi nasional akan  terus meningkat cukup pesat pada tahun-tahun mendatang. *
    (ft:ist/cbnc indonesia)




    Untuk Pemesanan Klik WA:✔

    Chat Whatsapp