Inilah Kisah Penemuan Energi Gelap
Big Bang
(Sumber:gif/image:ist)
Pada 1929, seorang astronom terkenal asal Amerika Serikat, Edwin Hubble, memantau ledakan bintang (supernova) untuk menghitung kecepatan perluasan alam semesta.
Nah sejak saat itulah, para astronom menghitung prakiraan kecepatan atau batas waktu perluasan alam semesta.
Nah sejak saat itulah, para astronom menghitung prakiraan kecepatan atau batas waktu perluasan alam semesta.
Rumus untuk menghitung kecepatan perluasan alam semesta disebut "Konstanta Hubble".
Akhirnya titik terang muncul pada 1998. Jika sebelumnya pengamatan supernova dilakukan untuk menghitung kecepatan perluasan alam semesta, kali ini, yang dihitung adalah kecepatan penyempitannya.
Perlu dicatat, perhitungan tersebut dilakukan oleh tiga astronom gabungan, Adam Riess dan Saul Perlmutter (AS), dan Brian Schmidt (Australia). Hasilnya di luar perkiraan!
Pasalnya, supernova yang meledak tersebut jauh lebih redup daripada seharusnya, dan dengan demikian terlihat lebih jauh. Implikasinya adalah bahwa alam semesta telah berkembang jauh lebih cepat daripada seharusnya, jika perhitungannya benar.
Itulah energi gelap, sebuah kekuatan misterius yang mendorong perluasan melawan gravitasi alam semesta.
Setelah dihitung, ternyata energi gelap berkontribusi sebanyak 68 persen dari alam semesta. Materi gelap sebanyak 27 persen, dan sisanya (5 persen) adalah materi barion yang dapat kita lihat.
Lalu apakah kita sudah mengetahui yang 5 persen tersebut? Ternyata tidak. Manusia hanya mengetahui kurang dari 5 persen dari materi barion. (Idntimes/ds)
Big Bang
(Sumber:gif/image:ist)
Follow:
|