Meski Bahan Baku Tepung Beras Masih Impor Namun Ekspor Bihun Sudah Capai US$ 33,95 Juta
|| INDUSTRI
Sepertinya bahan baku industri tepung terigu di dalam negeri masih tergantung beras impor, dimana impor beras pecah (broken rice) yang biasa digunakan untuk bahan baku industri tepung terigu pada tahun 2018 lalu sudah mencapai 402 ribu ton atau kontribusinya sekitar 17,8% dibandingkan dengan total impor beras tahun itu sebesar 2,25 juta ton. Sedangkan dilihat dari nilainya, impor beras pecah itu mencapai US$ 166 juta, atau sekitar 16,1% dari total nilai impor beras tahun itu sebesar US$ 1,03 miliar. Adapun tahun 2019 ini, selama Januari-Agustus impornya sudah mencapai 244,8 ribu ton senilai US$ 104 juta.
Namun demikian, dari hasil industri tepung beras di dalam negeri, yaitu industri bihun tampak memiliki potensi yang menggembirakan setelah setiap tahunnya berhasil melakukan peningkatan penestrasi ke pasar global. Tercatat dalam lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2014 lalu ekspornya baru mencapai 10.730 ton senilai US$ 14,2 juta menjadi 20.930 ton dengan sebesar US$ 33,95 juta. Sedangkan tahun 2019 ini, selama Januari-Agustus impornya sudah mencapai 8.306 ton senilai US$ 15,6 juta. Tidak berbeda dengan bahan bakunya yaitu beras pecah, impor tepung beras juga memiliki kecenderungan peningkatan hanya saja volume dan nilainya masih tergolong kecil. Tercatat selama 2015-2018, impor tepung beras ke Indonesia berfluktuasi, yaitu dari hanya 383 kg senilai US$ 1.260 pada 2015 melonjak menjadi 2.251 ton pada 2017 dan kembali turun tajam menjadi 158 ton pada 2018. Memasuki tahun 2019, selama Januari-Agustus 2019, impor tepung beras telah mencapai 3.791 ton dengan nilai US$ 2,8 juta.
Sama dengan impornya, ekspor tepung beras Indonesia relatif kecil. Selama 2015-2018, meningkat dari 121 ton senilai US$ 98 ribu pada 2015 menjadi 354 ton senilai US$ 278 ribu. Sementara selama Januari-Agustus 2019, ekspor tepung beras telah mencapai 203 ton dengan nilai US$ 194 ribu.
Selain tepung beras, Indonesia juga mengekspor broken rice, namun tidak stabil dan tidak kontinyu. Dalam kurun itu, ekspor broken rice terbesar dicapai tahun 2016 dengan volume 525 ton senilai US$ 191 ribu. Adapun tahun 2019 lalu, Perum Bulog gagal melakukan ekspor beras, dikarenakan harga jual beras.
Sama dengan impornya, ekspor tepung beras Indonesia relatif kecil. Selama 2015-2018, meningkat dari 121 ton senilai US$ 98 ribu pada 2015 menjadi 354 ton senilai US$ 278 ribu. Sementara selama Januari-Agustus 2019, ekspor tepung beras telah mencapai 203 ton dengan nilai US$ 194 ribu.
Bihun (image:ist) |
Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) menjelaskan kegagalan ekspor karena harga beras dari Indonesia ditetapkan pada kisaran Rp8.000 per kilogram (kg). Padahal, harga beras di pasar internasional hanya sekitar Rp6.200 per kg. Untuk itu, Bulog memiliki alternatif untuk menjual beras Indonesia ke pasar dunia. Misalnya, dengan mengolahnya menjadi tepung beras dan diekspor ke beberapa negara, seperti Filipina dan Papua Nugini.
Sebagaimana diketahui, untuk tepung beras, proses pembuatannya adalah dengan menumbuk atau menggiling beras sampai teksturnya sehalus tepung pada umumnya. Di Indonesia sendiri terdapat tepung beras putih dan tepung beras ketan. Baik tepung beras atau tepung beras ketan bisa menjadi bahan untuk membuat aneka kue basah. Selain itu, tepung beras juga merupakan bahan baku pembuatan bihun (vermicelli).
Industri Bihun
Di pasaran dikenal dua jenis bihun, yaitu bihun kering dan bihun instan. Bihun kering merupakan suatu bahan makanan yang dibuat dari tepung beras dengan/tanpa bahan tambahan dan berbentuk benang-benang. Sedangkan bihun instan adalah produk makanan kering yang dibuat dari tepung beras dengan/tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk benang-benang dan matang setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 3 menit.
Bahan baku bihun terdiri atas bahan baku utamanya adalah beras, atau lebih tepat tepung beras. Jenis beras yang baik untuk digunakan adalah jenis beras yang baik untuk digunakan adalah beras pra misalnya beras PB (5, 36, 42), IR (26 36), Semeru, Asahan, beras Birma, beras Siram dan beras Hongkong.
Beras pra akan menghasilkan bihun yang tidak lengket bila dimasak, juga memperingan kerja mesin penggiling dan pencetak bihun, sedangkan penggunaan beras pulen akan menghasilkan bihun yang lembek dan lengket. Sedangkan bahan baku tambahan yang digunakan adalah Sodium disulfit, air, tawas dan air kau-sui (untuk membuat bihun instan).