NASIONAL | review
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk melalui anak perusahaanya PT Mitra Kiara Indonesia (KMI) membangun pabrik mortar berkapasitas 375 ribu ton per tahun di Gunung Putri, Jawa Barat. Pembangunan pabrik semen mortar atau semen instant dengan konsep ramah lingkungan di atas lahan seluas 2 hektar (Ha) itu, ditargetkan beroperasi pada 2020 mendatang.
Pembangunan pabrik mortar baru ini, menurut keterangan pihak eksekutifnya merupakan pengembangan bisnis Semen Indonesia untuk melengkapi portofolio produk dan layanan guna memperkuat produk derivatif. “Upaya ini dilakukan untuk memperluas diversifikasi jenis produk yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan," jelas Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan Semen Indonesia, Sigit Wahono dalam keterangan resminya, akhir Agustus lalu.
Sebelumnya, Semen Indonesia telah memiliki produk mortar yang diproduksi oleh PT Solusi Bangun Indonesia yaitu Mortar Acian, Mortar Pasangan dan Mortar Plesteran. Dengan demikian pabrik baru mortar oleh anak perusahaan barunya PT KMI, adalah untuk memanfaatkan ceruk pasar mortar di dalam negeri yang masih terbuka.
Bebeda dengan produk semen instant (mortar) pada umumnya yang memakai bahan utama semen dan pasir alam. ”Untuk produk baru, Semen Indonesia telah mengembangkan sebuah inovasi teknologi yang dapat mengolah limestone untuk menggantikan fungsi pasir alam," jelas Wahono.
Mortar berkembang pesat
Menurut catatan mediadata, Perintis industri mortar di Indonesia adalah PT Cipta Mortar Utama (CMU) yang didirikan pada 1996, namun pada 2011 perusahaan ini diakuisisi oleh Saint-Gobain-Weber dengan kepemilikan saham 51%. Dalam perkembangannya, sejalan dengan bangkitnya industri konstruksi yang banyak memanfaatkan produk bata ringan autoclaved aerated concrete (AAC) bata ringan cellular lightweight concrete (CLC), beberapa investor mulai memasuki industri mortar di dalam negeri.
Sebagai gambaran, pada tahun 2015, Holcim Indonesia mulai memasuki bisnis semen mortar. Kemudian pada tahun yang sama, selain Holcim dari catatan Perkumpulan Produsen Mortar Industri Indonesia (Promindo) terdapat sedikitnya 17 produsen mortar yang menjadi anggotanya termasuk produsen mortar terbesar PT Cipta Mortar Utama. Sehingga dibandingkan tahun 2013 yang kapasitas produksi industri mortar per tahunnya sebesar 2,36 juta ton, pada tahun 2018 lalu meningkat menjadi 4,56 juta ton dan 2019 diperkirakan berkisar 5 juta ton. Namun sampai saat ini, pemanfaatan pemanfaatan kapasitas produksinya hanya berkisar 50%, atau masih tergolong over suplay.
Selain CMU, produsen lainnya yaitu AKA Mortar (PT Jelambar Agung Utama), AM (Adiwisesa Mandiri), Astasiti Mahathana (Asana Mortar), Broco Aerated Concrete Industry, Drymix Indonesia, Eirich, Holcim, Indocement, Lemkra PT Guna Bangun Jaya, Mix Master, Moncrete, Mortindo (PT. Anugerah Mortar Abadi), NFLG, Power Block Indonesia, S3 Smart Mortar, Saint Gobain/Cipta Mortar Utama, Star Mortar, Tekindo, Uzindo dan Wacker.
Sebagai pionir di industry ini, Cipta Mortar Utama tergolong agresif melakukan ekspansi. Misalnya pada 2017 mulai mengoperasikan pabrik ketiga di Medan, Sumatera Utara. Kemudian pada Maret 2018, Cipta Mortar dengan induk perusahaan Saint Gobain asal Prancis ini mulai mengoperasikan pabrik ke empat di Cikande, Tangerang. Sehingga total kapasitas produksi dari keempat pabriknya sudah mencapai 920.000 ton per tahun, sekaligus menjadi market leader bisnis mortar di dalam negeri.
Konsumsi tumbuh 10% per tahun
Seperti bata ringan merek semen instan yang beredar di pasar dalam negeri sangat banyak. Menurut segmen pemasarannya, produsen mortar membidik segmen proyek atau ritel. Selain kapasitas produksi, distribusi menjadi yang terpenting dalam pemasaran semen mortar, mengingat ketatnya persaingan.
Dalam tahun-tahun mendatang, permintaan terhadap semen mortar diproyeksikan masih akan terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu akan tumbuh sekitar 10% per tahun. Hal ini sejalan dengan perkembangan sektor industri konstruksi dan infrastruktur. Selain itu, diperkirakan terdapat kecenderungan penggunaan semen mortar yang lebih ramah lingkungan dan efisien dibanding semen konvensional.
Bagikan⏹