21/07/20


BAJA 60 - 70% Kondisin Baja Ringan 
Asosiasi Baja Ringan Indonesia (Asibri) menyebut industri baja ringan di Tanah Air diprediksi akan tetap tumbuh pada tahun ini meski sepanjang 2019 ada beberapa produsen yang tumbang, 17/1/2020.

Ketua Asibri Wali Buwono di Surabaya, Jumat mengatakan beberapa produsen yang tumbang di tahun 2019 bukan karena permintaan di pasar berkurang, namun akibat salah kelola. Selain itu, kasus baja ringan yang roboh beberapa waktu lalu dan sempat mempengaruhi bisnis baja ringan dikarenakan kesalahan pemasangan, yakni kurangnya komunikasi, bukan masalah kualitas, seperti terkutip antara.

"Oleh karena itu, kami optimistis tahun ini akan jadi tahun yang positif bagi industri kami. Terbukti produsen mesin baja ringan masih kebanjiran banyak order," kata Wali lagi.

Searah dengan itu, Handaja Susanto, Direktur Utama BAJA menyebutkan utilisasi pabrikan tahun lalu hanya mencapai 30%-40% saja. Padahal perseroan tercatat memiliki kapasitas produksi baja lapis hingga 150 ribu ton per tahun.

Memang perlu diakui bahwa pandemi mempunyai pengaruh ke bisnis baja lapis perseroan, dimana segmen penjualan proyek jauh mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Praktis yang jalan saat ini dari ritel, kami berusaha maksimalkan di sana," ujar Handaja.

Saat itu, demi mengisi kebutuhan pasar baja lapis yang semula ramai diisi produk impor, PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) sudah mulai menaikkan level utilisasi pabrikannya saat ini. Dimana di tahun lalu utilisasi produksi perusahaan baja lapis ini masih rendah.

"Karena penjualan saat ini ada peningkatan, maka utilisasi saat ini sudah berkisar 60%-70%," papar Handaja kep,  20/7/3020. Meski di tengah pandemi covid-19, manajemen mengatakan operasional lini produksi masih dapat berjalan normal, seperti dikutip kontan.

Perusahaan juga terus mengedepankan efisiensi, sebab akan berhadapan dengan tantangan fluktuasi kurs yang berpotensi menggerus bottomline perseroan. Tersebab kondisi ini, BAJA belum akan melakukan ekspansi besar-besaran. ◻dosBre'








        






Follow:



Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   



18/07/20

Pertumbuhan Ekonomi Merangkak Naik?

Tercatat, pada kuartal I-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97 persen, jadi yang terendah sejak 2001. Bahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 diperkirakan kontraksi 3,1 persen.

Dalam hal ini Deputi I Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, ada angin segar ekonomi akan pulih di semester terakhir tahun ini. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator yakni PMI manufaktur Indonesia, indeks keyakinan konsumen, dan inflasi, katanya beberapawaktu lalu.

Iskandar juga menjelaskan, pada Juni 2020 ini, PMI manufaktur Indonesia meningkat ke 39,1. Jauh lebih baik dari posisi April 2020 yang anjlok ke 27,5 dan Mei 2020 yang sebesar 28,6.

Hal yang menarik, di Juni 2020 ada tanda-tanda secercah harapan, "cahaya yang baik bagi ekonomi kita, ditunjukkan oleh ing indicator," ujarnya dalam webinar BNI: Percepatan Sektor Ekonomi Pemenang Fase New Normal, Rabu (8/7/2020).

Bila ditarik kebelakang, indeks keyakinan konsumen pada new normal juga bergerak naik ke 83,8, membaik dari posisi di Mei 2020 yang berada di 77,8. Iskandar bilang, ini tak lepas dari penerapan kenormalan baru untuk kembali mengaktifkan perekonomian.

Penerapan kenormalan baru juga berimbas pada inflasi. Ekonomi yang mulai pulih meningkatkan permintaan sehingga berdampak pada kenaikan harga komditas. Menurut dia, ini terlihat dari kenaikan harga daging dan telur ayam ras.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Juni 2020 terjadi inflasi 0,18 persen. Daging ayam ras menjadi komoditas dominan yang memberi andil pada inflasi sebesar 0,14 persen, sedangkan telur ayam ras sebesar 0,04 persen.

Sedangkan ekonom CORE, Yusuf Rendy Manilet mengatakan, pada Juni 2020 pelonggaran PSBB memang sudah dilakukan di beberapa kota, namun jika merujuk pada tren mobilitas yang dikeluarkan oleh Google, hampir semua pergerakan aktifitas masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi.

Misalnya, berdasarkan data per 7 Juli 2020, pergerakan aktivitas sektor ritel dan rekreasi masih tercatat -14%, pusat transportasi umum -33%, dan tempat kerja 33%.

"Artinya sudah lewat 1 bulan dari pelonggaran PSBB yang dilakukan pemerintah, ternyata belum mendorong masyarakat untuk kemudian beraktivitas secara normal," tuturnya.

Data PMI-BI jika disandingkan dengan dengan data Purchasing Manager Index (PMI) Nikkei, terlihat pola yang sama bahwa kinerja industri manufaktur pada kuartal II/2020 terkontraksi sangat dalam. "Ini mencerminkan prediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2020 akan terkontraksi -6%," kata Yusuf, Senin (13/7/2020), seperti dilansir Bisnis.com.

BI memperkirakan kinerja industri pengolahan pada kuartal ketiga akan membaik meskipun masih berada pada fase kontraksi, tercermin dari prediksi indeks PMI-BI sebesar 45,72%, yang didorong oleh subsektor pupuk, kimia dan barang dari karet, serta makanan, minuman, dan tembakau.

Indikasi
Lembaga perbankan di Indonesia harus mampu ke luar dari tekanan krisis akibat dampak pandemi virus corona atau Covid-19. Hal tersebut karena intansi itu merupakan satu-satunya tumpuan pemerintah dalam menumbuhkan perkenomian.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan masyarakat tak perlu khawatir terlalu berlebihan. Karena berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan per Mei 2020, rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16% atau di atas ambang batas normal, yaitu 8%.

“Kalau dilihat secara industri, kondisi kita jauh lebih baik dibandingkan 97-98 ataupun 2008,” kata Destry dalam diskusi virtual, 18/7.

Sedangkan Anggota Komisi XI DPR Misbakhun dalam diskusi virtual, baru-baru ini mengatakan, “Pesan utamanya situasi yang berat saat ini itu sangat memengaruhi kehidupan kita. Perbankan yang menjadi tulang punggung merevovery ekonomi,” ujarnya.

Menurutnya, selama ini para debitur yang menjalankan sektor riil dan kegiatan usaha dibiayai oleh perbankan mengalami penurunan pemasukan. Pandemi ini membuat seluruh pebisnis banyak menelan kerugian dan akhirnya itu akan berdampak kepada sektor perbankan.

Perbankan ini sebagai lembaga intermediasi tentu mempunyai permasalahan yang harus diselesaikan yaitu bagaimana melakukan upaya pembayaran dana pihak ketiga yang selama ini menjadi penopang. Dia juga menyebut, bila uang yang berada di dalam bank, maka mereka tidak akan bisa menghasilkan keuntungan dari sebuah kegiatan perekonomiannya. Untuk itu, pemerintah harus memperhatikan kalangan pengusaha agar tetap menjadi debitur yang baik di sebuah bank.

"Dana yang mereka salurkan tidak beroperasi tidak sirkel seperti yang diharapkan ini akan mempengaruhi sektor berikutnya yaitu selama ini menyediakan dana, untuk itu peran perbankan ini sangat penting," paparnya lagi.
. (End/dosi)



Komentar & Pesan


Nama

Email *

Pesan *

Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.





        






Follow:



Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   



30/06/20

Pajak






  • Program Kurikulum Bulan Pajak 





  • Pembelajaran Pajak Sejak Usia Dini
    Oleh: Dudi Kusdian|

    Pajak adalah tulang punggung ekonomi negara. Untuk kelangsungan hidup bernegara hampir semua negara di dunia memajaki rakyatnya, tak terkecuali di negara-negara maju di Eropa, seperti Swedia dengan tarif pajak penghasilan sebesar 56,6 persen, Denmark 55,4 persen dan Belanda 52 persen.

    Menyusul Belgia, Inggris, Austria dengan tarif pajak tersebut sebesar 50 persen. Bahkan Perancis sempat mengusulkan kenaikan tarif pajak penghasilannya menjadi 75 persen, naik hampir 50 persen dibandingkan tarif pajak sebelumnya sebesar 48 persen. Sedangkan di Asia, Jepang masih menerapkan tarif pajak 50 persen. Hal ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang hanya menerapkan pajak penghasilan 5 persen hingga 30 persen saja, tergantung dari jumlah penghasilan Wajib Pajak.


    Krusialnya penerimaan negara dari pajak, bisa dlihat  dari total pendapatan negara tahun 2018 lalu yang mencapai Rp1.957,2 triliun (90,4% dari target APBN tahun 2019), yang terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.545,3 triliun (86,5% dari target APBN tahun 2019),  Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp405 triliun (107,1% dari target APBN tahun 2019) dan hibah sebesar Rp6,8 triliun. Padahal saat itu, Indonesia tengah menghadapi tantangan yang cukup berat, baik dari faktor eksternal maupun internal.

    Namun penerimaan perpajakan tercatat menyumbang 82,5 persen dari total pendapatan negara, yang berarti roda pemerintahan dan penyediaan akses layanan dasar bagi masyarakat masih sangat bergantung pada penerimaan perpajakan. 

    Meski demikian, tingkat kesadaran masyarakat kita dalam membayar pajak masih jauh dari ideal dibandingkan dengan aktivitas perekonomiannya. Tahun 2018 Indonesia hanya berhasil mengumpulkan pajak sekitar 11 persen dari total aktivitas perekonomiannya, yaitu dengan  tax ratio Indonesia yang hanya mencapai 11,5 persen saja.

    Begitu juga dilihat dari demografi sumber penerimaan pajak negara, epicentrum Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masih di Pulau Jawa hingga sebesar 81,3 persen dari total penerimaan pajak seluruh Indonesia. Sisanya di berbagai daerah di Luar Pulau Jawa hanya berkontribusi 28,7% saja. 

    Masyarakat Indonesia pada umumnya masih fobia terhadap pajak. Kata “pajak” masih menjadi “momok mengkhawatirkan” bagi sebagian besar masyarakat, yang beranggapan pajak itu tidak adil dan  menyengsarakan, serta peruntukannya bukan untuk pelayanan pemerintah dan kesejahteraan masyarakat.

    Padahal semenjak kemerdekaan, pemerintah menggali sumber pendanaan dari pajak rakyat, mulai dari pajak radio dan peneng sepeda warisan jaman Belanda dulu, serta tak kurang menerima dana hibah dari masyarakat dan perorangan.

    Selanjutnya, di jaman Orde Baru terjadi pertumbuhan ekonomi yang signifikan didorong oleh sektor yang bisa menggerakan roda perekonomian negara. Namun setelah booming sektor migas meredup, kini sektor perpajakan menjadi tulang punggung pendapatan negara, menggantikan peran sektor migas yang malah menjadi net importir. 
    Baca lengkap >>







    Follow:



    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   

    24/06/20

    Dana Rp 12 T Pemerintah Siapkan

    Agar Bank Salurkan Kredit UMKM




















    Untuk memastikan kapasitas Askrindo dan Jamkrindo lebih besar dalam memberikan penjaminan, akan diberikan penyertaan modal negara kepada keduanya sebesar Rp 6 triliun," ujar Suminto dalam Webinar Efektivitas Stimulus Fiskal dan Sektor Keuangan di Jakarta, Selasa (23/6).

    PMN akan diberikan melalui PT Bahana Pembangunan Usaha Indonesia selaku induk usaha Askrindo dan Jamkrindo. PMN tersebut diharapkan dapat menambah kapasitas dengan perhitungan gearing ratio 20 kali.

    Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memapar bahwa pemerintah akan menjamin kredit modal kerja yang diberikan perbankan untuk debiturnya, terutama UMKM. Hal ini dilakukan agar bank merasa aman dan percaya diri alam menyalurkan kredit modal kerja pada UMKM di tengah pandemi Covid-19.

    Salah satu bank yang telah menyatakan siap menyalurkan kredit UMKM di tengah pandemi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Direktur Utama BRI Sunarso mengaku telah menyiapkan paket kredit modal kerja bagi pelaku UMKM yang tak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya.

    Presiden Jokowi (ft:ist) 
    Dalam hal ini, pemerintah juga telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 12 triliun guna mendorong perbankan untuk tetap menyalurkan kredit modal kerja kepada usaha mikro kecil dan menengah. Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional Suminto menjelaskan dukungan diberikan dalam bentuk penugasan kepada PT Jamkrindo dan PT Askrindo untuk melakukan penjaminan kredit. Dukungan penjaminan diberikan pada kredit UMKM dengan plafon di bawah Rp 10 miliar.

    Pemerintah akan membayarkan imbal jasa penjaminan kepada dua perusahaan penjaminan tersebut sebesar Rp 5 triliun. Cakupan atau coverage penjaminan maksimal mencapai 80% dari kredit dengan ekspektasi rasio kredit bermasalah antara 15% hingga 35%. Adapun besaran IJP disesuaikan dengan ekspektasi NPL.

    Penjualan Online
    Berkenaan dengan itu juga, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memandang penting peran dari Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dalam memajukan UMKM.

    Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Menko Marves, Jodi Mahardi, untuk menindaklanjuti dalam rangka menghadapi dampak perekonomian akibat pandemi Covid-19, di mana saat ini pemerintah terus mengajak para Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk bersama-sama bergabung dalam platform penjualan secara online/digital juga. (Dosi/bbs)

    Covid19 Jakarta








    Follow:



    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   

    17/03/20

    Review:


    JABOTABEK SERAP GENTENG KERAMIK 145,6  JUTA UNIT
    DIKUASAI MEREK KIA, KANMURI DAN M-CLASS

    Sektor properti dan real estate di dalam negeri telah mendorong perkembangan produk keramik yang dihasilkan di dalam negeri, termasuk untuk genteng keramik yang diproduksi dengan berbagai jenis dan warna. Jabodetabek sebagai wilayah penyangga propinsi DKI Jakarta mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan banyaknya proyek-proyek property baik perumahan, maupun bangunan komersil dan gedung perkantoran. Sehingga wilayah Jabodetabek menjadi salah satu target pasar penjualan produk-produk keramik termasuk genteng keramik, yang menurut survey mediadata tahun  2019 lalu volume pasarnya menyerap sekitar 145,6 juta unit genteng keramik.  

    Hingga kini, terdapat dua produsen genteng keramik di wilayah Jabodetabek yaitu PT KIA Keramik Mas milik Siam Cement Grup (SCG) asal Thailand dengan lokasi pabrik di Cileungsi, Bogor. Selain itu, SCG juga mengoperasikan pabrik genteng keramik di Gresik, Jawa Timur. Sedangkan satu produsen genteng keramik lainnya yang berada diwilayah Jabodetabek adalah PT Keramindo Megah Pertiwi milik Lyman Grup dengan pabrik berlokasi di Balaraja, Tangerang. Genteng keramik yang dipasarkan kedua produsen itu, masing-masing KIA dan Kanmuri. Produsen genteng keramik lainnya, PT M-Class Industry mengoperasikan pabriknya di Karawang, Jawa Barat dengan memasarkan produknya bermerek M-Class.

    Selain ke tiga merek tersebut, pasar genteng keramik di Jabodetabek juga diramaikan oleh merek-merek genteng keramik dari luar wilayah Jabodetabek seperti Genteng Jatiwangi.Sampai saat ini, terdapat tiga produsen genteng keramik yang beroperasi di Jabodetabek yaitu PT KIA Keramik Mas, PT Keramindo Megah Pertiwi dan PT M-Class Industry.

    PT KIA Keramik Mas (KKM) semula milik Ongko Grup, namun pada tahun 2011 diakusisi oleh Siam Cement Grup (SCG), Thailand. Kapasitas produksi KKM mencapai 50 juta keping (pieces) genteng keramik per tahun. Sedangkan PT M-Class Industry juga merupakan perusahaan joint venture dengan SCG melalui Wings Grup. Pabriknya di Karawang, Jawa Barat memiliki kapasitas produksi sebesar 40 juta unit per tahun.Sementara itu, pabrik yang dioperasikan PT Keramindo Megah Pertiwi milik Lyman Grup memiliki kapasitas produksi 70 juta unit genteng keramik per tahun. 

    Volume Penjualan di Jabotabek
    Selama 2017-2018, penjualan genteng keramik di pasar Jabotabek dari ketiga produsen itu mengalami peningkatan. Dari hasil survei, distributor Satya Djaya Raya Trading Coy. yang menangani penjualan genteng keramik merek Kanmuri meningkat dari 4,5 juta unit per bulan pada 2017 menjadi 5 juta unit per bulan pada 2018 atau naik 11,1% dari 2017. Sedangkan tahun 2019 volume penjualannya bekisar 5,6 juta unit per bulannya. Penjualan genteng keramik merek Kanmuri ditujukan pada segmen property seperti perumahan Kota Baru Parahiyangan dan Summarecon.

    Sementara itu, dalam periode yang sama, penjualan genteng keramik di Jabotabek merek M-Class naik dari 2 juta piece per bulan pada 2017 menjadi 2,5 juta unit per bulan pada 2018, atau dalam setahun total penjualannya naik dari 24 juta unit pada 2017 menjadi 30 juta unit pada 2018 dan tahun 2019 berkisar 36 juta unit. Segmen propeti yang menggunakan genteng keramik M-Class antara lain perumahan Metland.

    Sedangkan penjualan genteng keramik KIA Keramik Mas di pasar Jabotabek juga meningkat dari 3 juta piece per bulan pada 2017 menjadi 3,2 juta unit per bulan pada 2018. Sehingga tahun 2019 volume penjualan per bulannya sekitar 3,5 juta unit. Terdapat segmen properti pengguna genteng keramik merek KIA antara lain perumahan Taman Sari, Grand Taruma, Citra Grand Cibubur, Serang City, Graha Raya Bintaro dan Villa Melati Mas.

    Selain ketiga merek genteng keramik itu, terdapat merek genteng keramik asal Jatiwangi yang dipasarkan di Jabotabek. Genteng keramik ini diproduksi UD. Bangun Abadi Jatiwangi di Majalengka. Dibanding ketiga produsen, kapasitas produksi genteng Abadi Jatiwangi realtif kecil yaitu 500.000 unit per tahun. Selama 2017-2018, penjualan genteng keramik Abadi Jatiwangi sebesar 25.000 unit per bulan atau 300.000 unit per tahun dan tahun 2019 sekitar 400 juta unit.

    Selama ini, penjualan genteng keramik, terutama ditujukan untuk segmen properti dan real estate. Selain segmen properti, penjualan genteng keramik juga ditujukan untuk segmen pasar retail. Dari tiga produsen genteng keramik yang beroperasi Jabodetabek, PT Keramindo Megah Pertiwi menjadi produsen terbesar dengan penjualan genteng keramik di pasar Janotabek mencapai 67,2 juta unit pada 2019. Diikuti PT KIA Keramik Mas dan PT M-Class Industry, masing-masing dengan penjualan sebesar 42 juta unit dan 36 juta unit pada 2018. Sementara penjualan genteng keramik Jatiwangi relatif kecil.

    Dengan demikian, pangsa pasar genteng keramik merek Kanmuri di Jabotabekmencapai 46,2% dari total penjualan yang sebesar 145,6 juta unit, diikuti KIA dan M-Class masing-masing dengan market share sebesar 28,8% dan 24,7%.

    Tabel
    Estimasi Market Share Genteng Keramik di Jabodetabek, 2019


    Ranking


    Produsen Genteng Keramik
                        
    Volume Penjualan 2019
                (ribu unit)


    Market Share
    (%)
    1
    Keramindo Megah Pertiwi, PT
    67.200
    46,2
    2
    KIA Keramik Mas, PT
    42.000
    28,8
    3
    M-Class Industry, PT
    36.000
    24,7
    4
    UD Bangun Abadi Jatiwangi
      400
    0,3

    ESTIMASI TOTAL VOLUME PENJUALAN GENTENG KERAMIK                     DI JABODETABEK ( 2018 )
    145.600
    100,0
        Sumber: Mediadata







    Follow:



    Facebook  Twitter  Instagram