• Headline
  • H⭕rizon
  • Review
  • About us






  • 18/07/20

    Pertumbuhan Ekonomi Merangkak Naik?

    Tercatat, pada kuartal I-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97 persen, jadi yang terendah sejak 2001. Bahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 diperkirakan kontraksi 3,1 persen.

    Dalam hal ini Deputi I Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, ada angin segar ekonomi akan pulih di semester terakhir tahun ini. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator yakni PMI manufaktur Indonesia, indeks keyakinan konsumen, dan inflasi, katanya beberapawaktu lalu.

    Iskandar juga menjelaskan, pada Juni 2020 ini, PMI manufaktur Indonesia meningkat ke 39,1. Jauh lebih baik dari posisi April 2020 yang anjlok ke 27,5 dan Mei 2020 yang sebesar 28,6.

    Hal yang menarik, di Juni 2020 ada tanda-tanda secercah harapan, "cahaya yang baik bagi ekonomi kita, ditunjukkan oleh ing indicator," ujarnya dalam webinar BNI: Percepatan Sektor Ekonomi Pemenang Fase New Normal, Rabu (8/7/2020).

    Bila ditarik kebelakang, indeks keyakinan konsumen pada new normal juga bergerak naik ke 83,8, membaik dari posisi di Mei 2020 yang berada di 77,8. Iskandar bilang, ini tak lepas dari penerapan kenormalan baru untuk kembali mengaktifkan perekonomian.

    Penerapan kenormalan baru juga berimbas pada inflasi. Ekonomi yang mulai pulih meningkatkan permintaan sehingga berdampak pada kenaikan harga komditas. Menurut dia, ini terlihat dari kenaikan harga daging dan telur ayam ras.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Juni 2020 terjadi inflasi 0,18 persen. Daging ayam ras menjadi komoditas dominan yang memberi andil pada inflasi sebesar 0,14 persen, sedangkan telur ayam ras sebesar 0,04 persen.

    Sedangkan ekonom CORE, Yusuf Rendy Manilet mengatakan, pada Juni 2020 pelonggaran PSBB memang sudah dilakukan di beberapa kota, namun jika merujuk pada tren mobilitas yang dikeluarkan oleh Google, hampir semua pergerakan aktifitas masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi.

    Misalnya, berdasarkan data per 7 Juli 2020, pergerakan aktivitas sektor ritel dan rekreasi masih tercatat -14%, pusat transportasi umum -33%, dan tempat kerja 33%.

    "Artinya sudah lewat 1 bulan dari pelonggaran PSBB yang dilakukan pemerintah, ternyata belum mendorong masyarakat untuk kemudian beraktivitas secara normal," tuturnya.

    Data PMI-BI jika disandingkan dengan dengan data Purchasing Manager Index (PMI) Nikkei, terlihat pola yang sama bahwa kinerja industri manufaktur pada kuartal II/2020 terkontraksi sangat dalam. "Ini mencerminkan prediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2020 akan terkontraksi -6%," kata Yusuf, Senin (13/7/2020), seperti dilansir Bisnis.com.

    BI memperkirakan kinerja industri pengolahan pada kuartal ketiga akan membaik meskipun masih berada pada fase kontraksi, tercermin dari prediksi indeks PMI-BI sebesar 45,72%, yang didorong oleh subsektor pupuk, kimia dan barang dari karet, serta makanan, minuman, dan tembakau.

    Indikasi
    Lembaga perbankan di Indonesia harus mampu ke luar dari tekanan krisis akibat dampak pandemi virus corona atau Covid-19. Hal tersebut karena intansi itu merupakan satu-satunya tumpuan pemerintah dalam menumbuhkan perkenomian.

    Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan masyarakat tak perlu khawatir terlalu berlebihan. Karena berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan per Mei 2020, rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16% atau di atas ambang batas normal, yaitu 8%.

    “Kalau dilihat secara industri, kondisi kita jauh lebih baik dibandingkan 97-98 ataupun 2008,” kata Destry dalam diskusi virtual, 18/7.

    Sedangkan Anggota Komisi XI DPR Misbakhun dalam diskusi virtual, baru-baru ini mengatakan, “Pesan utamanya situasi yang berat saat ini itu sangat memengaruhi kehidupan kita. Perbankan yang menjadi tulang punggung merevovery ekonomi,” ujarnya.

    Menurutnya, selama ini para debitur yang menjalankan sektor riil dan kegiatan usaha dibiayai oleh perbankan mengalami penurunan pemasukan. Pandemi ini membuat seluruh pebisnis banyak menelan kerugian dan akhirnya itu akan berdampak kepada sektor perbankan.

    Perbankan ini sebagai lembaga intermediasi tentu mempunyai permasalahan yang harus diselesaikan yaitu bagaimana melakukan upaya pembayaran dana pihak ketiga yang selama ini menjadi penopang. Dia juga menyebut, bila uang yang berada di dalam bank, maka mereka tidak akan bisa menghasilkan keuntungan dari sebuah kegiatan perekonomiannya. Untuk itu, pemerintah harus memperhatikan kalangan pengusaha agar tetap menjadi debitur yang baik di sebuah bank.

    "Dana yang mereka salurkan tidak beroperasi tidak sirkel seperti yang diharapkan ini akan mempengaruhi sektor berikutnya yaitu selama ini menyediakan dana, untuk itu peran perbankan ini sangat penting," paparnya lagi.
    . (End/dosi)



    Komentar & Pesan


    Nama

    Email *

    Pesan *

    Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.





            






    Follow:



    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube