• Headline
  • H⭕rizon
  • Review
  • About us






  • Review


    ◽28|5|2022

    TREN MASKER USAI

    Spunbond Masih Menjanjikan

    .

    Image:ist


    Meski penerapan protokol kesehatan dalam penanggulangan pandemi Covid-19 saat ini semakin longgar, di antaranya dengan dicabutnya kewajiban masyarakat untuk menggunakan masker, namun industri bahan baku masker bedah yaitu kain non rajut (non woven) spunbond masih sangat menjanjikan. Karena selama ini, produksi maskerdi dalam negeri masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhannya dalam dua tahun terakhir ini.


    Secara umum, produksi masker bedah menggunakan bahan baku kain meltblown dan spundbond. Kain metblown digunakan pada bagian dalam masker dan bahan utama Pakaian Pelindung Medis (PPM) yang berfungsi menghalangi masuknya virus, sedangkan kain spunbond merupakan kain yang digunakan pada bagian luar masker medis. 


    Tercatat dari 63 pabrikan yang memproduksi masker bedah dan 2 pabrikan untuk masker N95, kapasitas total produksinya sebesar 4,74 miliar buah atau sekitar 14,2 ribu ton, Dari kapasitas sebesar itu, menurut data kemenperin dana kesehatan produksi masker bedah dan N95 sekitar 2,98 miliar buah atau hanhya 9 ton. Selanjutnya pada tahun 2001 produksinya meningkat 27,8% menjadi 3,9 miliar pcs atau sebesar 11,5 ton,


    Memasuki 2021, menurut data pemerintah kebutuhan Masker N95 kebutuhannya dalam dua  tahun terakhir jauh  melebihi kapasitas produksinja, sehingga pada tahun 2021 untuk masker N95 defisit 8,3 juta pcs (16 ton). Namun untuk masker bedah, pada tahun itu industri masker bedah  Indonesia diperkirakan surplus dengan produksi sekitar  3,9 miliar pcs atau sekitar 11,5 ton.


    Membanjirnya supply masker di dalam negeri, dikarenakan impor barang jadi masker mangalami lonjakan yang signifikan dengan kebutuhan masker pada saat pandemi lalu. Tercatat impor pada tahun 2019 (sebelum pandemi)  hanya 2,5 ribu ton, namun tahun 2020 melonjak 202,1% menjadi 9 ribu ton dan memuncak 276,6% pada tahun 2021 lalu menjadi 50,3%, terutama sebagian besar dipasok dari China.


    Sehingga walalupun konsumsi masker bedah dan N95 di dalam negeri pada tahun 2021 lalu mencapai  54,6% ton, namun produksi di dalam negeri hanya 11,8% atau utilitasnya sudah hampir optimal hingga sebesar  83%.  


    Dengan demikian, pada tahun 2022 ini diperkirakan pasokan masker akan kembali normal seperti sebelum terjadinya pendemi, yaitu produksinya  pada tahun 2019 hanya  berkisar  1,2 miliar buah, atau sama dengan 3,6 ribu ton. Berarti potensi penyerapan spunbond untuk industri masker sangat kecil tinggal 3 ribuan ton saja, padahal produksi spunbon nasional pada tahun 2021 lalu sudah mencapai 104 ribu ton.  


    Spunbond Diserap Diapers dan Matras 

        Meski konsumsi dan produksi masker  akan kembali normal dengan penyerapan bahan baku spunbond yang relatif kecil, namun industri spunbond di adalam negeri masih menjanjikan, terutama akan diserap oleh industri diapers dan pembalut wanita, matras, sepatu, goodiebag dll,  yang terus  berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat, bahkan potensi konsumsi dan ekspor sepatu olahraga akan terus berkembang.


    Selain industri diapers, masker, matras, footwear/shoes dan goodiebag, penyerapan spunbond juga  digunakan pada industri otomotif, industry civil engineering, pertanian/agriculture, roofing/building dan lainnya. Sektor industri lainnya tersebut, umumnya menggunakan spunbond jenis gramasi tinggi di atas 70 gram/m2, meskipun ada juga yang menggunakan gramasi rendah seperti industri fashion (furing baju) dll.


    Table

    Estimasi Konsumsi Spunbond 

    oleh Industri Pemakai,  2021

            *) Termasuk pembalut wanita

          **) Industri hygienes di luar diapers dan masker, otomotif civil engineering, pertanian/agriculture, roofing/wallpaper/building dll.

       •  Source: Mediadata

    Dudu Edu Kusdian



    ◽28|1|21

    KISRUH IMPOR BERAS JASMINE AWAL 2021 IMPOR BERAS 2018 TEMBUS 2,25 JUTA TON




    JAKARTA, mediadata.co.id- 

    RIBUAN ton beras dari Vietnam bakal ke Indonesia pada awal tahun ini yang diimpor oleh perusahaan BUMN  PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero dan PT Sarinah, di antaranya PT Sarinah mengirim 300 ton beras asal Vietnam ke Pasar Induk Cipinang seperti diungkapkan oleh  Wakil Ketua Umum PERPADI (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras) Billy Haryanto, hingga pihaknya melakukan pengecekan  karena khawatir akan memengaruhi beras lokal. 

    Hasilnya ternyata para pedagang pasar Cipinang menjerit, karena harga beras berjenis beras jasmine itu dibandrol Rp9 ribu/kilogram, hampir sama dengan harga beras di Cipinang. "Setahu saya beras jasmine itu beras khusus. Harusnya harga per kilogramnya lebih dari Rp 9 ribu. Karena modalnya saja Rp 12 ribu," kata Billy.  Karena penasaran harganya miring, Billy dan para pedagang di Cipinang membuka kantong beras jasmine itu. "Pas saya cek ternyata bukan beras khusus, beras biasa. Pantesan bisa murah," ujar Billy. Seharusnya harga beras jasmine berkisar Rp 16.000 per kilogram, pantas ternyata yang ditemukan adalah beras premium biasa namun dikemas dalam karung jasmine rice. 

    Menurut Billy, impor beras putih biasa tidak dapat dilakukan sembarangan, karena harus melalui Bulog.  Penugasan untuk Bulog itu termaktub dalam Perpres Nomor 48 Tahun 2016  tentang Penugasan Kepada Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.  Billy mengatakan bahwa importir harus bertanggang jawab atas masuknya beras Vietnam tersebut ke Indonesia, karena akan mematikan beras lokal menyangkut beras kebutuhan nasional dan kehidupan para petaninya.

    Berkaitan dengan itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan Ali Jamil, mengungkapkan dalam RDP dengan Komisi IV, Selasa (19/1/2021) bahwa  pihaknya menerima data impor beras dari Vietnam dan Thailand yang surat izin impornya (SPI) terbit pada 15 Oktober 2020 lalu. Dalam data Kementan, impor itu diajukan oleh BUMN PT Perusahaan Perdagangan Indonesia(Persero) atau PT PPI. 

    Selain itu, data yang masuk ke Barantan jenis beras yang diimpor berbeda dengan yang rembes, yakni beras khusus jenis japonica (japonica rice) sebanyak 800 ton. "Kemarin kita juga sudah periksa barangnya dan dokumen kesehatannya, dilengkapi sertifikat, prior notice, dan seluruhnya. Di PC-nya (Phytosanitary Certificate) itu adalah Vietnam Japonica. Dan kami punya fotonya semua adalah japonica," sambung Ali.

    Sementara itu, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Arief Prasetyo Adi mengakui ada beras impor merembes ke Pasar Cipinang. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero dan PT Sarinah lah yang mendapat tugas impor beras khusus itu. Namun, ia berdalih penjualan itu sudah dikoordinasikan dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan Ditjen Tanaman Pangan Kementan.

    "Beras khusus ini yang memang tidak diproduksi di Indonesia, seperti Basmati dan Jasmine Rice. Kemudian terjadi ada masuk sedikit di Pasar Induk Beras Cipinang. Saya sudah berkoordinasi dengan Dirjen Tanaman Pangan dan Menteri BUMN," kata Arief.


    Tataniaga Impor beras


    Ketentuan mengenai ekspor dan impor beras diatur dengan Permendag Nomor 01 Tahun 2018 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras. Pemerintah menetapkan kebijakan penyederhanaan izin dan prosedur kerja perizinan dan diikuti dengan langkah penerbitan berbagai Permendag termasuk diantaranya Permendag Nomor 01 Tahun 2018 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras, berlaku mulai 3 Januari 2018 menggantikan peraturan sebelumnya. 


    Dalam peraturan tersebut, beras yang dapat diimpor dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan peruntukannya yaitu beras untuk keperluan umum hibah dan untuk keperluan lainnya. Impor beras tersebut hanya dapat dilakukan oleh Perum Bulog setelah mendapatkan Persetujuan Impor dari Menteri Perdagangan. Sedangkan penerbitan Persetujuan Impor oleh Menteri perdagangan dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan rapat Tim Koordinasi  atau hasil kesepakatan rapat koordinasi tingkat menteri bidang perekonomian.


    Dalam Permendag No. 01 Tahun 2018, Impor Beras untuk Keperluan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Umum Bulog.


    Sementara itu, beras untuk keperluan tertentu yang terkait dengan kesehatan dan konsumsi khusus. Jenis beras yang dapat diimpor untuk keperluan tertentu yang terkait dengan kesehatan dan konsumsi khusus meliputi Beras Ketan Utuh (Pos Tarif/HS 1006.30.30.00), Beras Thai Hom Mali dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5% (Pos Tarif/HS 1006.30.40.00), Beras Kukus (Pos Tarif/HS 1006.30.91.00), Beras Japonica dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5% dan Beras Basmati dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5% (Pos Tarif/HS 1006.30.99.00). 


    Berdasarkan Permendag ini, impor beras untuk keperluan tertentu untuk tahun 2018 hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah terdaftar sebagai IT-Beras yang telah mendapatkan Persetujuan Impor dari Kemendag, impor beras untuk keperluan tertentu hanya dapat dilakukan oleh perusahaan pemilik API-U yang telah mendapatkan Persetujuan Impor dari Kemendag. Persetujuan Impor beras untuk keperluan tertentu diterbitkan setelah importir mendapatkan rekomendasi dari Kementan.


    Sedangkan jenis beras yang dapat diimpor untuk hibah adalah beras dengan tingkat kepecahan paling tinggi 25% (Pos Tarif/HS 1006.30.99.00), dapat diimpor oleh lembaga/organisasi sosial atau badan pemerintah yang telah mendapatkan Persetujuan Impor dari Kemendag. Untuk penerbitan persetujuan impornya, diperlukan rekomendasi dari Kementan dan badan/instansi pada bidang penanggulangan bencana/bantuan sosial.


    Impor Beras untuk Keperluan Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c hanya dapat dilakukan oleh a. perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir Produsen (API-P), untuk kebutuhan bahan baku industri dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk kebutuhan selain bahan baku industri.


    Perkembangan impor beras


    Selama 2016-2019, impor beras ke Indonesia berfluktuasi dari 1,28 juta ton senilai US$ 525,3 juta pada 2016 menjadi 444,4 ribu ton senilai US$ 183,7 juta pada 2019. Sementara selama Januari-Oktober 2020, impor beras mencapai 261,8 ribu ton senilai US$ 148,8 juta.


    Menurut jenis beras, dalam kurun waktu itu, impor beras pecah (broken rice) relative stabil berkisar antara 300 sampai 400 ribu ton. Sedangkan impor beras ketan, Hom Mali dan beras kukus tidak kontinyu. 


    Sementara itu, impor beras Japonica mengalami fluktuasi tajam. Setelah anjlok mencapai hanya 72 ton pada 2017, impor jenis beras tersebut melonjak menjadi 1,8 juta ton dengan nilai US$ 841,7 juta pada 2018. Kemudian pada 2019, impor beras Japonica kembali menurun menjadi 6.197 ton dengan nilai US$ 4,1 juta. Dan selama Januari-Oktober, imor beras tersebut telah mencapai 10.772 ton senilai US$ 5,6 juta.


    Tabel –

    Perkembangan impor beras menurut jenis,

    2016-2020*)

    Ton

    US$’000

    Uraian

    2016

    2017

    2018

    2019

    2020*)

    Beras Pecah

    282.177

    302.003

    402.019

    438.278

    232.693


    122.622

    132.798

    165.977

    179.562

    132.155

    Beras Ketan

    1.150

    -

    50.000

    -

    16.900


    451


    28.081


    10.393

    Beras Hom Mali

    -

    -

    -

    -

    575






    321

    Beras Kukus

    221

    -

    300

    -

    900


    130


    258


    316

    Beras Japonica

    997.468

    72

    1.801.276

    6.197

    10.772


    402.103

    235

    841.710

    4.154

    5.653

    Total

    1.281.016

    302.075

    2.253.595

    444.475

    261.840


    525.306

    133.033

    1.036.026

    183.716

    148.838

    *) Januari-Oktober

    Sumber : BPS/Mediadata


    Vietnam pemasok terbesar beras Japonica


    Selama 2018-2019, Vietnam menjadi pemasok terbesar beras Japonica ke Indonesia, yaitu dengan volume 728.137 ton senilai US$ 340,6 juta pada 2018 dan menurun menjadi 4,875 ton senilai US$ 2,1 juta pada 2019. Diikuti Thailand, dengan pasok sebesar 684.900 ton senilai US$ 323,6 juta pada 2018 menjadi hanya 75 ton senilai US$ 66 ribu. 


    Pemasok beras Japonica lainnya yang tergolong besar adalah Pakistan dan India, masing-masing sebesar 198.435 ton dan 189.798 ton pada 2018. 


    Tabel –

    Perkembangan impor beras Japonica menurut asal negara, 2018-2019

    Asal negara 

    2018

    2019


    Volume (Ton)

    Nilai (US$’000)

    Volume (Ton)

    Nilai (US$’000)

    Thailand

    684.900

    323.603

    75

    66

    Vietnam

    728.137

    340.615

    4.875

    2.160

    India

    189.798

    87.155

    227

    256

    Pakistan

    198.435

    90.323

    189

    199

    Jepang

    -

    -

    90

    243

    Amerika Serikat

    -

    -

    741

    1.229

    Lainnya

    6

    14

    -

    -

    Total

    1.801.276

    841.710

    6.197

    4.154

    Sumber : BPS/Mediadata


    Perkembangan stok beras


    Harga beras di dalam negeri dipengaruhi oleh produksi/ketersediaan dan konsumsi/kebutuhan. Pasokan beras di dalam negeri berasal dari produksi, stok cadangan beras pemerintah (CBP) dan pengadaan dari luar negeri (impor). Produksi setara beras di dalam negeri selama Agustus 2020 tidak berbeda jauh dengan produksi bulan sebelumnya yaitu sekitar 3 juta ton dengan kebutuhan sekitar 2,5 juta ton per bulan. Stok beras selama tahun 2020 masih dikatakan aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia terutama selama masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir. 


    Stok beras nasional sampai dengan September 2020 mencapai 1,23 juta ton, terdiri dari stok CBP sebesar 1,19 juta ton dan stok komersil sebesar 36.273 ton. Stok beras Bulog selama 2020 cenderung berkurang dibandingkan stok beras pada tahun sebelumnya yang mencapai rata-rata 2 juta ton.


    Cadangan beras di Bulog tersebar ke beberapa wilayah di seluruh Indonesia. Namun wilayah dengan stok beras Bulog yang cukup tinggi yaitu Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sementara wilayah-wilayah dengan stok beras bulog sangat kecil yaitu Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Bengkulu.


    Stok beras CBP selama September 2020 sebesar 1,19 juta ton, terdiri dari beras medium dalam negeri sebanyak 684.231 ton dan eks impor sebanyak 439.522 serta lainnya sebanyak 67.169 ton (ex.komersil dan Mixing). Dalam menjaga stabilisasi harga beras di dalam negeri, hingga September 2020, penyaluran beras Bulog (beras CBP) untuk operasi pasar atau Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga (KPSH) berjumlah 876.355 ton.


    Tabel - 

    Perkembangan Stok beras Bulog, September 2020

    Uraian

    Persediaan (Ton)


    Agustus 2020

    September 2020

    Stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) :

    1.371.948

    1.190.921

    -Medium DN

    795.801

    684.231

    -Impor

    520.878

    439.522

    Stok Komersial

    40.911

    36.273

    Total Stok Beras

    1.421.859

    1.227.194

    Sumber: Bulog


    Ketersediaan beras selain berasal dari stok dan produksi dalam negeri, juga berasal dari pengadaan luar negeri (impor). Impor beras tahun 2020 periode Januari-Agustus sebesar 221.639 ton dan impor bulan Agustus 2020 sebesar 36.985 ton. 


    Perkembangan harga internasional


    Harga beras Internasional selama bulan Agustus 2020 mengalami peningkatan dibandingkan satu bulan sebelumnya. Harga beras jenis Thai 5% dan 15% selama bulan Agustus 2020 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,40% ( dari US$ 500/ton menjadi US$ 507/ton) dan 0,63% (dari US$ 480/ton menjadi US$ 483/ton). 


    Sedangkan harga beras jenis Viet 5% dan Viet 15% di bulan September 2020 juga mengalami peningkatan masingmasing sebesar 0,82% (dari US$ 459/ton menjadi US$ 463/ton) dan 0,43% (dari US$ 470/ton menjadi US$ 472/ton). Setelah 4 (empat) bulan mengalami penurunan harga dan terendah terjadi di Juli 2020, harga beras di pasar internasional kembali naik selama September 2020. Kenaikan ini dikarenakan oleh ketersediaan yang mulai terbatas karena faktor musiman serta permintaan dunia yang saat ini sedikit mengalami perlambatan.


    Selain itu, pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir menyebabkan negara produsen membatasi ekspornya sehingga mendorong harga beras di pasar internasional naik.


    Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, beras jenis Thai broken 5% dan 15% mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 25,8% dan 22,9% dibanding September 2019. Harga beras Vietnam pecahan 5% dan 15% juga mengalami peningkatan harga masing-masing sebesar 41,1% dan 49,4% dibandingkan bulan yang sama tahun 2019.


    Kebijakan ketersediaan stok pangan 


    Sementara itu, harga beras di dalam negeri selama tahun 2020 hingga September masih terkendali. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan harga beras di tingkat konsumen yang cenderung menurun.


    Terkendalinya harga beras selama tahun 2020 dikarenakan pemerintah terus menjaga persediaan beras di dalam negeri melalui pengelolaan cadangan beras Bulog serta beras hasil penyerapan gabah petani. Selain itu, permintaan beras di dalam negeri tidak menunjukkan lonjakan yang signifikan sehingga tetap memberi ekspektasi yang positif terhadap pasar beras.


    Selama Januari-September 2020, Bulog sudah menyalurkan beras untuk Operasi Pasar CBP dan Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga (KPSH) sebanyak 876.355 ton, program sembako beras sebanyak 270.562 ton, untuk keperluan tanggap darurat sebanyak 10.337 ton. Sementara realisasi Bansos beras sebanyak 137.938 ton.


    Langkah dan upaya pemerintah dalam menjamin ketersediaan stok pangan khususnya beras antara lain (i) Memperkuat cadangan beras pemeritah baik di Bulog maupun pasar (ii) membangun lumbung pangan masyarakat, (iii) menjaga kelancaran distribusi serta (iv) monitoring harga secara berkala. Monitoring harga sebagai upaya early warning untuk menggambarkan situasi pasokan terkini sehingga stabilitas harga tetap terjaga mengingat harga beras saat ini di atas harga HET yang sudah ditetapkan.


    Disisi yang lain, sebagai program peningkatan posisi tawar petani pada para tengkulak, Kementan sudah memiliki dua program jangka panjang, yaitu Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling). Kedua program ini bertujuan supaya saat panen raya tidak lagi terjadi permasalahan dalam membeli gabah dari kelompok tani (Poktan) atau Gapoktan sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) untuk disimpan atau digiling, serta dalam upaya menyediakan beras kualitas standar pada waktu yang tepat. (Robinsar/Edu)






    LAINNYA:


    Progres Proyek Smelter Tembaga di Indonesia


    Dalam rangka hilirisasi produk mineral, hingga kini terdapat enam jenis produk mineral yang diolah pada pabrik peleburan dan pemurnian (smelter). Menurut jenisnya, minat investor terbanyak adalah membangun smelter nikel, yaitu 41 proyek atau sekitar 61% dari total proyek smelter yang berjumlah 67. Sebagian besar proyek smelter nikel ini berlokasi di propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Selain itu, terdapat juga di Halmahera Timur dan Sulawesi Selatan. 


    Kemudian terdapat smelter bauksit dengan dua smelter eksisting dan 9 proyek smelter yang masih berjalan. Sedangkan untuk smelter besi, baru terdapat satu smelter dan tambahan 3 smelter lainnya masih dalam rencana. 


    Sementara itu, untuk tembaga, saat ini terdapat dua smelter eksisting dan dua proyek smelter yang masih berjalan. Komoditas mineral mangan, saat ini terdapat satu smelter eksisting dan satu proyek smelter yang sedang berjalan. Untuk komoditas timbal dan seng, hingga saat ini belum terdapat smelter eksisting, namun terdapat dua proyek smelter yang sedang berjalan...

    BACA LENGKAP▶



    BACA LAGI:

    Pajak adalah tulang punggung

    ekonomi negara. Untuk

    kelangsungan hidup bernegara

    hampir semua negara di dunia

    memajaki rakyatnya, tak terkecuali

    di negara-negara maju di Eropa,

    seperti Swedia dengan tarif pajak

    penghasilan sebesar 56,6 persen,

    Denmark 55,4 persen dan

    Belanda 52 persen...



    Report & Boo

    PENAWARAN BUKU | RIET & STUDY





    Bagikan

    Komentar & Pesan

    Nama
    Email *
    Pesan *
    Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
    WAKTU SAAT INI:
    Follow:
    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube 
    mediadata.co.id - News & Report   

    Tidak ada komentar: