Report & Review

PESATNYA PEMAKAIAN PRODUK INDUSTRI 

BATA RINGAN DI INDONESIA, 2024





Bataringan autoclaved aerated concrete (AAC) yang formulanya diketemukan tahun 1923 lalu di Swedia, kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943.Kini, di Indonesia bataringan sudah marak dipakai di Indonesia, nyaris menenggelamkan pemakaian batabata merah maupun batako di berbagai pelosok kota. Padahal produk bata milineal ini baru diperkenalkan di negara kita oleh PT Hebel Indonesia yang beroperasi sejak tahun 1995 lalu.


Meningkatnya kebutuhan sector properti di Indonesia, seperti pembangunan rumah tinggal, apartemen, mall, perkantoran, pabrik dan gedung–gedung bertingkat, maka kebutuhan bahan bangunan bataringan semakin pesat karena selain kuat, juga memiliki berapa jenis yang relative ringan sehingga aman digunakan untuk bangunan bertingkat maupun perumahan. 

Bahkan kini, perkembangan bataringan tak hanya dipakai di kota saja, tetapi juga sudah mulai banyak digunakan di pedesaan.


Data dari Kementerian Perindustrian menyebutkan, saat ini terdaftar 218  perusahaan produsen batubata dalam lingkup nasional. Total jumlah itu memang tidak hanya perusahaan batubataringan, namun bercampur dengan produsen batubata tanahliat (batamerah) dan batubata dari semen (batako). 


Dari total jumlah perusahaan penghasil batubata itu, produsen batubataringan yang tergabung di Asosiasi Proberindo (Perkumpuan Produsen Beton Ringan Indonesia) hanya sekitar 28 perusahaan.  


Namun begitu, selain masih ada produsen bataringan skala pabrikan yang belum tergabung di Asosiasi Proberindo, juga masih produsen bataringan skala kecil (UKM) yang memproduksi bataringan secara manual dan penetrasi pasarnya juga menyebar hingga keberbagai pelosok daerah.


Selama tahun 2013-2018, produksi bata ringan  (AAC dan CLC) meningkat dari 6,1 juta m3 menjadi 8,5 juta m3, dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sekitar 8,8%.  Namun dalam periode lima tahun berikutnya (2019-2023), pertumbuhan rata-rata per tahunnya masih mengalami peningkatan sekitar 6%, atau produksinya pada 2023 lalu menjadi sekitar 14,1 juta ton. 


Pertumbuhan produksi tersebut akan terus meningkat, mengingat pembangunan  proyek property komersial perumahan terintegrasi skala besar (rumah tapak, apartemen, mal dan lainnya) terus berlanjut. Bahkan untuk bata ringan CLC, pemakaian produknya sudah hampir merata dalam pembangunan perumahan di berbagai daerah.*




 DAFTAR ISI


I. PENDAHULUAN                    

1.1. Latar Belakang

1.2. Peluang Besar ke Kawasan Timur

1.3. SNI Ilegal Bata Ringan  Diancam Pidana

1.4. Keunggulan Bata Ringan

1.5. Faktor Pendorong Industri Bata Ringan

                         

II. GAMBARAN PRODUK  

2.1. Gambaran Produk  

2.2. Keunggulan Produk Bata Ringan               


                    

III. PRODUSEN BATA RINGAN AAC

3.1. Produsen Bata Ringan AAC

3.1.1. PowerBlock

3.1.2. Blesscon

3.1.3.  Mercusuar

3.1.4. Jayabrick

3.1.5.  Kallablok

3.1.6.  Focon

3.1.7.  Falcon

3.1.8. Citicon

3.2.  Sepuluh Pemain Besar

3.3.  Proyek Powerblock hingga ke pelosok daerah


IV. PRODUKSI BATA RINGAN

4.1.  Produksi bata ringan AAC capai 14,1 juta m3

4.1.1.  Prognosa produksi produsen besar bata ringan AAC

4.1.2.  Spesifikasi Produk 12 pemain besar bata ringan AAC

4.2.  Serbuan mesin dari China

4.3.  Perkembangan harga AAC stabil

4.4.  Lokasi proyek menentukan harga


V. IMPOR EKSPOR BATA RINGAN

5.1.  Impor dan Ekspor bata ringan AAC tidak cukup berarti

5.2.  Perkembangan impor bata ringan AAC

5.2.1. China pemasok terbesar bata ringan

5.3.  Perkembangan ekspor bata ringan AAC

5.3.1. Vietnam ambil alih penyerap terbesar bata ringan


VI. KONSUMSI BATA RINGAN

6.1.  Estimasi konsumsi bata ringan

6.1.1. Konsumsi bata ringan AAC

6.1.2. Estimasi nilai konsumsi bata ringan AAC

6.2. Konsumsi bata ringan CLC

6.3. Konsumsi bata ringan AAC dan CLC

6.4.  Pangsa pasar bata ringan menurut wilayah


VII. INDUSTRI SEMEN INSTANT (MORTAR)

7.1. Deskripsi produk

7.2. Perkembangan kapasitas produksi terpasang

7.3. 7.3. Produsen semen instant (mortar)

7.3.1. Mortar Utama

7.3.2. Powerblock

7.3.3. Grand Elephant

7.3.4. Mitra Mortar Indonesia (MMI)

7.3.5. Ducon Tetrablok Indonesia,PT

7.3.6. Multi Mortar

7.3.7. Aplus Pacific

7.3.8. Toyo Mortar Indonesia

7.3.9. Adiwisesa Mandiri

7.3.10. Uzindo Indonesia

7.3.11. Anugerah Abadi Mortar  

7.3.12. Guna Bangun Jaya

7.3.13. Broco Industries

7.3.14. Moncrete International

7.4. PT.Semen Indonesia incar bisnis semen instant (mortar)

7.5. Produksi semen instant (mortar)

7.6. Pangsa pasar semen mortar

7.7. Perkembangan harga semen mortar

7.8. Perkembangan impor bahan additives mortar

7.8.1. China pemasok terbesar

7.9. Perkembangan ekspor additives mortar

7.9.1. Ekspor mortar ke Korea terbesar

7.10.  Konsumsi tumbuh sekitar 6% per tahun

7.11.  Konsumsi semen instant menurut jenisnya

7.12.  Kesimpulan

7.13.  Proyeksi semen instant  tumbuh 8% per tahun

7.14.  Benchmark untuk PT Ducon Tetrabloc Indonesia

7.14.1  Distribusi pemasaran Sinar Indogreen Kencana


VIII. PERKEMBANGAN INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

8.1. Latar belakang

8.2. Jenis semen yang diproduksi

8.3. Kapasitas produksi melonjak

8.4. Profil produsen semen  

8.4.1. PT Semen Indonesia  

8.4.2. PT Semen Padang  

8.4.4. PT Semen Tonasa

8.4.2. PT Semen Gresik

8.2.5.   Thang Long Cement, Vietnam

8.4.6.   PT.Solusi Bangun Indonesia(d/h Holcim Lafarge Indonesia)

8.4.7.   PT. Indocement Tunggal Prakarsa, (ITP)

8.4.8.   PT Semen Bosowa Maros (PT. SBM)

8.4.9. PT Semen Baturaja (PT. SB)

8.4.10. PT.Semen Kupang (PT. SK)

8.4.11. Anhui Conch Cement Indonesia (CCI) 

8.4.12. Jui Shin Indonesia (JSI)

8.4.13. PT.Cemindo Gemilang 

8.4.14. PT.Semen Jawa (Siam Cement) 

8.4.15. PT Semen Puger

8.4.16. PT. Sinar Tambang Arthalestari (PT. STAR)/Pan Asia

8.5.      Proyek baru industri semen

8.6. Perkembangan produksi semen

8.7. Perkembangan ekspor semen

8.8.     Perkembangan impor semen

8.8.1. Impor semen turun tajam

8.9.   Perkembangan konsumsi semen

8.10.  Wilayah luar Jawa menjadi pertumbuhan konsumsi semen terbesar

8.11. Harga

8.12. Pemasaran

8.13. Prospek


IX. GAMBARAN INDUSTRI BAHAN BAKU NON SEMEN

9.1. Industri  gypsum

9.2. Kebutuhan Produk Gipsum

9.3. Lokasi Pabrik

9.4. Perkembangan impor gypsum & other plasters

9.5. Thailand pemasok gypsum terbesar

9.6. Impor gypsum menurut importir

9.7. Bahan baku pasir silika

9.8. Persebaran Endapan Pasir Kuarsa di Indonesia

9.9. Produksi Pasir Kuarsa

9.10. Bahan baku aluminium pasta

9.10.1.  Perkembangan impor aluminum pasta

9.11.     India ambil alih sebagai pemasok terbesar alumunium powder

9.12.  Impor aluminium powder menurut importir


X. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI (PROYEKSI BATA RINGAN DAN SEMEN INSTAN)

10.1. Kesimpulan

10.1.1. Utilitas bata ringan AAC capai 60%

10.1.2. Segmentasi pasar AAC

10.2. Proyeksi dan Rekomendasi bata ringan. *

                                             

 Drs. Dudi Kusdian

 (Direktur)



_______________________

Untuk memperoleh data  aktual yang lebih akurat dan feasible bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan usaha tersebut, buku study ini sangat berguna bagi para pemain dan stake holders industri terkait, investor maupun jasa perbankan. Produk buku dari PT Media Data Globalindo (Media Data Riset) ini kami tawarkan Rp 8.500.000 per eksemplar. Bagi yang berminat bisa kontak langsung Dudi WA 08121060600 atau email: mediadataglobalindo@gmail.com


Atau Pesan Langsung (klik) Form Order:




Penawaran Buku Kajian:

PROGRES PASAR 

INDUSTRI FIBRE CEMENT BOARD (FCB) DI INDONESIA, 2024


Berkembangnya proyek properti menjadikan produk fiber cement board (FCB) sebagai alternatif pilihan yang tingkat permintaannya semakin meningkat. Hal tersebut karena lebih ringan, kuat dan praktis dalam pemakaiannya, di samping harganya yang cukup bersaing dibanding bata untuk dinding luar. Begitu juga kegunaannya cukup banyak untuk berbagai aplikasi luar/eksternal.


Untuk partisi/dinding  merupakan produk pengganti triplek yang serbaguna, menawarkan keuntungan seperti  kekuatan struktur, tahan rayap & jamur, tidak menyebarkan api dan tidak terbakar, tahan terhadap cuaca. Adanya kerusakan lingkungan menyebabkan produk plywood/triplek harganya berubah tinggi. Begitu juga adanya larangan penggunaan papan berserat asbestos di negara maju  seperti Australia, Jepang dan Perancis, maka permintaan FCB diperkirakan akan tumbuh di lokal maupun di pasar ekspor.


Produsen FCB di dalam negeri sudah bisa menghasilkan beragam produk bahan bangunan berkualitas tinggi seperti: atap semen fiber, plafon, partisi, dan juga produk pengganti kayu (wood substitution). Misalnya, ROYALboard merupakan salah satu produk dari Djabesmen Co. (DBC) memiliki berbagai macam produk bahan bangunan dengan mutu sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia).


Seiring dengan terjadinya lonjakan supply semen di dalam negeri bekakangan ini, maka diversifikasi usaha ke sektor hilir seperti industry FCB merupakan salah satu penyerapan pasar semen yang cukup potesial di dalam negeri. 


Oleh karena itu, PT Media Data Riset melalui distributornya PT Media Data Globalindo, menawarkan buku kajian: “Progres Pasar Industri Fibre Cement Board (FCB) di Indonesia, 2024” meliputi gambaran produsen, produksi dan kapasitas produksi, ekspor/impor, hingga gambaran konsumsi dan proyeksinya dalam lima tahun mendatang (2024-2028).*


OUTLINE REPORT 

INDUSTRI FIBER CEMENT BOARD (FCB) DI INDONESIA, 2024



I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Ruang Lingkup dan Tujuan Studi 

1.3.  Metodologi dan Sumber Data


II. DESKRIPSI PRODUK

2.1. Karakteristik produk Cement Fiber Board (FCB)

2.2. SNI Cement Fiber Board (FCB)

2.3. Spesifikasi produk FCB  menurut produsen

2.5. Harga FCB menurut dimensi ukuran & produsen


III.  PERKEMBANGAN INDUSTRI PERUMAHAN DI INDONESIA      

3.1. Target pasar FCB berdasarkan kelas konstruksi/perumahan  

3.2.  Proyek konstruksi/perumahan pengguna FCB


IV. PRODUSEN FIBER CEMENT BOARD (FCB) di INDONESIA

4.1. Produsen Fiber Cement Board (FCB)

4.1.1.Etex Building Performance Indonesia (d/h PT. Eternit Gresik), PT

4.1.2. Nusantara Building Industri, PT 

4.1.3.  Bangunperkasa Adhitamasentra, PT

4.1.4. Royalboard Banguninti Utama, PT 

4.1.5. Bangun Bantala Indonesia (d/h PT Bakrie Building Industries), PT

4.1.6. Kumala Kirana Industri, PT

4.1.7. Petrojaya Boral Plasterboard, PT

4.1.8. Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG)

4.1.9.   Jayabrix Indonesia, PT

4.1.10. Asindo Karsa Jaya, PT


V. PRODUKSI FIBER CEMENT BOARD (FCB)

5.1. Faktor pendorong industri cement fiber board (FCB)

5.2.  Prognosa produksi fiber cement board (FCB)

5.3.  Utilisasi industri fiber cement board (FCB)

VI. PERKEMBANGAN IMPOR & EKSPOR FIBER CEMENT BOARD (FCB)

6.1.  Perkembangan impor fiber cement board (FCB)

6.1.1.  Impor FCB menurut asal negara

6.1.2.  Importir FCB menurut perusahaan 


6.2.  Perkembangan ekspor fiber cement board (FCB)

6.2.1. Ekspor FCB menurut negara tujuan

6,2,2,  Eksportir FCB menurut perusahaan

VII.   SISTEM DISTRIBUSI & DISTRIBUTOR FCB 

7.1.  Jalur distribusi FCB di Indonesia 


7.2.  Perusahaan distributor FCB di Indonesia



VIII. KONSUMSI (MARKET SIZE)  FIBER CEMENT BOARD di INDONESIA

6.1.  Estimasi konsumsi Fiber Cement Board (FCB)

6.1.1. Estimasi nilai konsumsi FCB 

6.1.2. Proyeksi market size FCB


IX. GAMBARAN INDUSTRI BAHAN BAKU FCB 

9.1. Perkembangan industri semen

9.1.1. Perkembangan supply & demand semen

9.1.2. Perkembangan konsumsi semen

9.2. Perkembangan industri pulp 

9.2.1. Perkembangan supply & demand pulp

9.2.2. Perkembangan konsumsi pulp

9.3. Perkembangan impor clay

9.3.1. Impor clay menurut volume dan nilai 

9.3.2. Impor clay menurut asal negara 

9.4. Bahan baku pasir silika

X. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Jakarta,  9 Mei 2024

                              

 Drs. Dudi Kusdian                          (Direktur)                  


_______________________

Buku ini sangat bermanfaat bagi stake holders industry FCB dan industri semen, investor, perbankan, serta industri terkait lainnya. Buku dengan edisi Bahasa Indonesia ini kami tawarkan seharga Rp 8.500.000, dan yang berminat bisa langsung klik kontak ini: Edu WA 08121060600 atau email: mediadataglobalindo@gmail.com


    
Media Data Globalindo
Media Data Globalindo
di Google
PROGRES PASAR INDUSTRI FIBRE CEMENT BOARD (FCB) DI INDONESIA, 2024 https://…

TERBARU 2024: Penawaran Buku Kajian PROGRES PASAR INDUSTRI FIBRE…

Tambahkan postingan
Beri tahu pelanggan tentang acara khusus, promo, atau produk

Lihat semua

Jejak 

◽28|5|2022

TREN MASKER USAI

Spunbond Masih Menjanjikan

.

Image:ist


Meski penerapan protokol kesehatan dalam penanggulangan pandemi Covid-19 saat ini semakin longgar, di antaranya dengan dicabutnya kewajiban masyarakat untuk menggunakan masker, namun industri bahan baku masker bedah yaitu kain non rajut (non woven) spunbond masih sangat menjanjikan. Karena selama ini, produksi maskerdi dalam negeri masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhannya dalam dua tahun terakhir ini.


Secara umum, produksi masker bedah menggunakan bahan baku kain meltblown dan spundbond. Kain metblown digunakan pada bagian dalam masker dan bahan utama Pakaian Pelindung Medis (PPM) yang berfungsi menghalangi masuknya virus, sedangkan kain spunbond merupakan kain yang digunakan pada bagian luar masker medis. 


Tercatat dari 63 pabrikan yang memproduksi masker bedah dan 2 pabrikan untuk masker N95, kapasitas total produksinya sebesar 4,74 miliar buah atau sekitar 14,2 ribu ton, Dari kapasitas sebesar itu, menurut data kemenperin dana kesehatan produksi masker bedah dan N95 sekitar 2,98 miliar buah atau hanhya 9 ton. Selanjutnya pada tahun 2001 produksinya meningkat 27,8% menjadi 3,9 miliar pcs atau sebesar 11,5 ton,


Memasuki 2021, menurut data pemerintah kebutuhan Masker N95 kebutuhannya dalam dua  tahun terakhir jauh  melebihi kapasitas produksinja, sehingga pada tahun 2021 untuk masker N95 defisit 8,3 juta pcs (16 ton). Namun untuk masker bedah, pada tahun itu industri masker bedah  Indonesia diperkirakan surplus dengan produksi sekitar  3,9 miliar pcs atau sekitar 11,5 ton.


Membanjirnya supply masker di dalam negeri, dikarenakan impor barang jadi masker mangalami lonjakan yang signifikan dengan kebutuhan masker pada saat pandemi lalu. Tercatat impor pada tahun 2019 (sebelum pandemi)  hanya 2,5 ribu ton, namun tahun 2020 melonjak 202,1% menjadi 9 ribu ton dan memuncak 276,6% pada tahun 2021 lalu menjadi 50,3%, terutama sebagian besar dipasok dari China.


Sehingga walalupun konsumsi masker bedah dan N95 di dalam negeri pada tahun 2021 lalu mencapai  54,6% ton, namun produksi di dalam negeri hanya 11,8% atau utilitasnya sudah hampir optimal hingga sebesar  83%.  


Dengan demikian, pada tahun 2022 ini diperkirakan pasokan masker akan kembali normal seperti sebelum terjadinya pendemi, yaitu produksinya  pada tahun 2019 hanya  berkisar  1,2 miliar buah, atau sama dengan 3,6 ribu ton. Berarti potensi penyerapan spunbond untuk industri masker sangat kecil tinggal 3 ribuan ton saja, padahal produksi spunbon nasional pada tahun 2021 lalu sudah mencapai 104 ribu ton.  


Spunbond Diserap Diapers dan Matras 

    Meski konsumsi dan produksi masker  akan kembali normal dengan penyerapan bahan baku spunbond yang relatif kecil, namun industri spunbond di adalam negeri masih menjanjikan, terutama akan diserap oleh industri diapers dan pembalut wanita, matras, sepatu, goodiebag dll,  yang terus  berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat, bahkan potensi konsumsi dan ekspor sepatu olahraga akan terus berkembang.


Selain industri diapers, masker, matras, footwear/shoes dan goodiebag, penyerapan spunbond juga  digunakan pada industri otomotif, industry civil engineering, pertanian/agriculture, roofing/building dan lainnya. Sektor industri lainnya tersebut, umumnya menggunakan spunbond jenis gramasi tinggi di atas 70 gram/m2, meskipun ada juga yang menggunakan gramasi rendah seperti industri fashion (furing baju) dan lain-lain.* (Edu kusdian).


Table

Estimasi Konsumsi Spunbond 

oleh Industri Pemakai,  2021

        *) Termasuk pembalut wanita

      **) Industri hygienes di luar diapers dan masker, otomotif civil engineering, pertanian/agriculture, roofing/wallpaper/building dll.

   •  Source: Mediadata



_______________________________________

◽28|1|21

Kisruh Impor Beras Jasmine Awal 2021 Impor Beras 2018 Tembus 2,25 Juta Ton




RIBUAN ton beras dari Vietnam bakal ke Indonesia pada awal tahun ini yang diimpor oleh perusahaan BUMN  PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero dan PT Sarinah, di antaranya PT Sarinah mengirim 300 ton beras asal Vietnam ke Pasar Induk Cipinang seperti diungkapkan oleh  Wakil Ketua Umum PERPADI (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras) Billy Haryanto, hingga pihaknya melakukan pengecekan  karena khawatir akan memengaruhi beras lokal. 


Hasilnya ternyata para pedagang pasar Cipinang menjerit, karena harga beras berjenis beras jasmine itu dibandrol Rp9 ribu/kilogram, hampir sama dengan harga beras di Cipinang. "Setahu saya beras jasmine itu beras khusus. Harusnya harga per kilogramnya lebih dari Rp 9 ribu. Karena modalnya saja Rp 12 ribu," kata Billy. 

Karena penasaran harganya miring, Billy dan para pedagang di Cipinang membuka kantong beras jasmine itu. "Pas saya cek ternyata bukan beras khusus, beras biasa. Pantesan bisa murah," ujar Billy. Seharusnya harga beras jasmine berkisar Rp 16.000 per kilogram, pantas ternyata yang ditemukan adalah beras premium biasa namun dikemas dalam karung jasmine rice. 

Menurut Billy, impor beras putih biasa tidak dapat dilakukan sembarangan, karena harus melalui Bulog.  Penugasan untuk Bulog itu termaktub dalam Perpres Nomor 48 Tahun 2016  tentang Penugasan Kepada Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.  Billy mengatakan bahwa importir harus bertanggang jawab atas masuknya beras Vietnam tersebut ke Indonesia, karena akan mematikan beras lokal menyangkut beras kebutuhan nasional dan kehidupan para petaninya.

Berkaitan dengan itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan Ali Jamil, mengungkapkan dalam RDP dengan Komisi IV, Selasa (19/1/2021) bahwa  pihaknya menerima data impor beras dari Vietnam dan Thailand yang surat izin impornya (SPI) terbit pada 15 Oktober 2020 lalu. Dalam data Kementan, impor itu diajukan oleh BUMN PT Perusahaan Perdagangan Indonesia(Persero) atau PT PPI. 

Selain itu, data yang masuk ke Barantan jenis beras yang diimpor berbeda dengan yang rembes, yakni beras khusus jenis japonica (japonica rice) sebanyak 800 ton. "Kemarin kita juga sudah periksa barangnya dan dokumen kesehatannya, dilengkapi sertifikat, prior notice, dan seluruhnya. Di PC-nya (Phytosanitary Certificate) itu adalah Vietnam Japonica. Dan kami punya fotonya semua adalah japonica," sambung Ali.

Sementara itu, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Arief Prasetyo Adi mengakui ada beras impor merembes ke Pasar Cipinang. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero dan PT Sarinah lah yang mendapat tugas impor beras khusus itu. Namun, ia berdalih penjualan itu sudah dikoordinasikan dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan Ditjen Tanaman Pangan Kementan.

"Beras khusus ini yang memang tidak diproduksi di Indonesia, seperti Basmati dan Jasmine Rice. Kemudian terjadi ada masuk sedikit di Pasar Induk Beras Cipinang. Saya sudah berkoordinasi dengan Dirjen Tanaman Pangan dan Menteri BUMN," kata Arief.


Tataniaga Impor beras

Ketentuan mengenai ekspor dan impor beras diatur dengan Permendag Nomor 01 Tahun 2018 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras. Pemerintah menetapkan kebijakan penyederhanaan izin dan prosedur kerja perizinan dan diikuti dengan langkah penerbitan berbagai Permendag termasuk diantaranya Permendag Nomor 01 Tahun 2018 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras, berlaku mulai 3 Januari 2018 menggantikan peraturan sebelumnya. 


Dalam peraturan tersebut, beras yang dapat diimpor dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan peruntukannya yaitu beras untuk keperluan umum hibah dan untuk keperluan lainnya. Impor beras tersebut hanya dapat dilakukan oleh Perum Bulog setelah mendapatkan Persetujuan Impor dari Menteri Perdagangan. Sedangkan penerbitan Persetujuan Impor oleh Menteri perdagangan dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan rapat Tim Koordinasi  atau hasil kesepakatan rapat koordinasi tingkat menteri bidang perekonomian.


Dalam Permendag No. 01 Tahun 2018, Impor Beras untuk Keperluan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Umum Bulog.


Sementara itu, beras untuk keperluan tertentu yang terkait dengan kesehatan dan konsumsi khusus. Jenis beras yang dapat diimpor untuk keperluan tertentu yang terkait dengan kesehatan dan konsumsi khusus meliputi Beras Ketan Utuh (Pos Tarif/HS 1006.30.30.00), Beras Thai Hom Mali dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5% (Pos Tarif/HS 1006.30.40.00), Beras Kukus (Pos Tarif/HS 1006.30.91.00), Beras Japonica dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5% dan Beras Basmati dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5% (Pos Tarif/HS 1006.30.99.00). 


Berdasarkan Permendag ini, impor beras untuk keperluan tertentu untuk tahun 2018 hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah terdaftar sebagai IT-Beras yang telah mendapatkan Persetujuan Impor dari Kemendag, impor beras untuk keperluan tertentu hanya dapat dilakukan oleh perusahaan pemilik API-U yang telah mendapatkan Persetujuan Impor dari Kemendag. Persetujuan Impor beras untuk keperluan tertentu diterbitkan setelah importir mendapatkan rekomendasi dari Kementan.


Sedangkan jenis beras yang dapat diimpor untuk hibah adalah beras dengan tingkat kepecahan paling tinggi 25% (Pos Tarif/HS 1006.30.99.00), dapat diimpor oleh lembaga/organisasi sosial atau badan pemerintah yang telah mendapatkan Persetujuan Impor dari Kemendag. Untuk penerbitan persetujuan impornya, diperlukan rekomendasi dari Kementan dan badan/instansi pada bidang penanggulangan bencana/bantuan sosial.


Impor Beras untuk Keperluan Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c hanya dapat dilakukan oleh a. perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir Produsen (API-P), untuk kebutuhan bahan baku industri dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk kebutuhan selain bahan baku industri.


Perkembangan impor beras

Selama 2016-2019, impor beras ke Indonesia berfluktuasi dari 1,28 juta ton senilai US$ 525,3 juta pada 2016 menjadi 444,4 ribu ton senilai US$ 183,7 juta pada 2019. Sementara selama Januari-Oktober 2020, impor beras mencapai 261,8 ribu ton senilai US$ 148,8 juta.


Menurut jenis beras, dalam kurun waktu itu, impor beras pecah (broken rice) relative stabil berkisar antara 300 sampai 400 ribu ton. Sedangkan impor beras ketan, Hom Mali dan beras kukus tidak kontinyu. 


Sementara itu, impor beras Japonica mengalami fluktuasi tajam. Setelah anjlok mencapai hanya 72 ton pada 2017, impor jenis beras tersebut melonjak menjadi 1,8 juta ton dengan nilai US$ 841,7 juta pada 2018. Kemudian pada 2019, impor beras Japonica kembali menurun menjadi 6.197 ton dengan nilai US$ 4,1 juta. Dan selama Januari-Oktober, imor beras tersebut telah mencapai 10.772 ton senilai US$ 5,6 juta.


Tabel –

Perkembangan impor beras menurut jenis,

2016-2020*)

Ton

US$’000

Uraian

2016

2017

2018

2019

2020*)

Beras Pecah

282.177

302.003

402.019

438.278

232.693


122.622

132.798

165.977

179.562

132.155

Beras Ketan

1.150

-

50.000

-

16.900


451


28.081


10.393

Beras Hom Mali

-

-

-

-

575






321

Beras Kukus

221

-

300

-

900


130


258


316

Beras Japonica

997.468

72

1.801.276

6.197

10.772


402.103

235

841.710

4.154

5.653

Total

1.281.016

302.075

2.253.595

444.475

261.840


525.306

133.033

1.036.026

183.716

148.838

*) Januari-Oktober

Sumber : BPS/Mediadata


Vietnam pemasok terbesar beras Japonica

Selama 2018-2019, Vietnam menjadi pemasok terbesar beras Japonica ke Indonesia, yaitu dengan volume 728.137 ton senilai US$ 340,6 juta pada 2018 dan menurun menjadi 4,875 ton senilai US$ 2,1 juta pada 2019. Diikuti Thailand, dengan pasok sebesar 684.900 ton senilai US$ 323,6 juta pada 2018 menjadi hanya 75 ton senilai US$ 66 ribu. 


Pemasok beras Japonica lainnya yang tergolong besar adalah Pakistan dan India, masing-masing sebesar 198.435 ton dan 189.798 ton pada 2018. 


Tabel –

Perkembangan impor beras Japonica menurut asal negara, 2018-2019

Asal negara 

2018

2019


Volume (Ton)

Nilai (US$’000)

Volume (Ton)

Nilai (US$’000)

Thailand

684.900

323.603

75

66

Vietnam

728.137

340.615

4.875

2.160

India

189.798

87.155

227

256

Pakistan

198.435

90.323

189

199

Jepang

-

-

90

243

Amerika Serikat

-

-

741

1.229

Lainnya

6

14

-

-

Total

1.801.276

841.710

6.197

4.154

Sumber : BPS/Mediadata


Perkembangan stok beras.

Harga beras di dalam negeri dipengaruhi oleh produksi/ketersediaan dan konsumsi/kebutuhan. Pasokan beras di dalam negeri berasal dari produksi, stok cadangan beras pemerintah (CBP) dan pengadaan dari luar negeri (impor). Produksi setara beras di dalam negeri selama Agustus 2020 tidak berbeda jauh dengan produksi bulan sebelumnya yaitu sekitar 3 juta ton dengan kebutuhan sekitar 2,5 juta ton per bulan. Stok beras selama tahun 2020 masih dikatakan aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia terutama selama masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir. 


Stok beras nasional sampai dengan September 2020 mencapai 1,23 juta ton, terdiri dari stok CBP sebesar 1,19 juta ton dan stok komersil sebesar 36.273 ton. Stok beras Bulog selama 2020 cenderung berkurang dibandingkan stok beras pada tahun sebelumnya yang mencapai rata-rata 2 juta ton.


Cadangan beras di Bulog tersebar ke beberapa wilayah di seluruh Indonesia. Namun wilayah dengan stok beras Bulog yang cukup tinggi yaitu Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sementara wilayah-wilayah dengan stok beras bulog sangat kecil yaitu Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Bengkulu.


Stok beras CBP selama September 2020 sebesar 1,19 juta ton, terdiri dari beras medium dalam negeri sebanyak 684.231 ton dan eks impor sebanyak 439.522 serta lainnya sebanyak 67.169 ton (ex.komersil dan Mixing). Dalam menjaga stabilisasi harga beras di dalam negeri, hingga September 2020, penyaluran beras Bulog (beras CBP) untuk operasi pasar atau Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga (KPSH) berjumlah 876.355 ton.


Tabel - 

Perkembangan Stok beras Bulog, September 2020

Uraian

Persediaan (Ton)


Agustus 2020

September 2020

Stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) :

1.371.948

1.190.921

-Medium DN

795.801

684.231

-Impor

520.878

439.522

Stok Komersial

40.911

36.273

Total Stok Beras

1.421.859

1.227.194

Sumber: Bulog


Perkembangan harga internasional.

Harga beras Internasional selama bulan Agustus 2020 mengalami peningkatan dibandingkan satu bulan sebelumnya. Harga beras jenis Thai 5% dan 15% selama bulan Agustus 2020 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,40% ( dari US$ 500/ton menjadi US$ 507/ton) dan 0,63% (dari US$ 480/ton menjadi US$ 483/ton). 


Sedangkan harga beras jenis Viet 5% dan Viet 15% di bulan September 2020 juga mengalami peningkatan masingmasing sebesar 0,82% (dari US$ 459/ton menjadi US$ 463/ton) dan 0,43% (dari US$ 470/ton menjadi US$ 472/ton). Setelah 4 (empat) bulan mengalami penurunan harga dan terendah terjadi di Juli 2020, harga beras di pasar internasional kembali naik selama September 2020. Kenaikan ini dikarenakan oleh ketersediaan yang mulai terbatas karena faktor musiman serta permintaan dunia yang saat ini sedikit mengalami perlambatan.


Selain itu, pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir menyebabkan negara produsen membatasi ekspornya sehingga mendorong harga beras di pasar internasional naik.


Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, beras jenis Thai broken 5% dan 15% mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 25,8% dan 22,9% dibanding September 2019. Harga beras Vietnam pecahan 5% dan 15% juga mengalami peningkatan harga masing-masing sebesar 41,1% dan 49,4% dibandingkan bulan yang sama tahun 2019.


Kebijakan ketersediaan stok pangan.

Sementara itu, harga beras di dalam negeri selama tahun 2020 hingga September masih terkendali. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan harga beras di tingkat konsumen yang cenderung menurun.



Terkendalinya harga beras selama tahun 2020 dikarenakan pemerintah terus menjaga persediaan beras di dalam negeri melalui pengelolaan cadangan beras Bulog serta beras hasil penyerapan gabah petani. Selain itu, permintaan beras di dalam negeri tidak menunjukkan lonjakan yang signifikan sehingga tetap memberi ekspektasi yang positif terhadap pasar beras.


Selama Januari-September 2020, Bulog sudah menyalurkan beras untuk Operasi Pasar CBP dan Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga (KPSH) sebanyak 876.355 ton, program sembako beras sebanyak 270.562 ton, untuk keperluan tanggap darurat sebanyak 10.337 ton. Sementara realisasi Bansos beras sebanyak 137.938 ton.


Langkah dan upaya pemerintah dalam menjamin ketersediaan stok pangan khususnya beras antara lain (i) Memperkuat cadangan beras pemeritah baik di Bulog maupun pasar (ii) membangun lumbung pangan masyarakat, (iii) menjaga kelancaran distribusi serta (iv) monitoring harga secara berkala. Monitoring harga sebagai upaya early warning untuk menggambarkan situasi pasokan terkini sehingga stabilitas harga tetap terjaga mengingat harga beras saat ini di atas harga HET yang sudah ditetapkan.


Disisi yang lain, sebagai program peningkatan posisi tawar petani pada para tengkulak, Kementan sudah memiliki dua program jangka panjang, yaitu Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling). Kedua program ini bertujuan supaya saat panen raya tidak lagi terjadi permasalahan dalam membeli gabah dari kelompok tani (Poktan) atau Gapoktan sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) untuk disimpan atau digiling, serta dalam upaya menyediakan beras kualitas standar pada waktu yang tepat.* (Robinsar/Edu)



KAJIAN INDUSTRI BAJA FABRIKASI, 2020

(Baja Tower Seluler, Tower Transmisi Line, Steel Bridge Deck, Galvanizing Corrugated Steel, Guardrail Steel dan Bahan Baku CRC Steel)

______________________________________

Informasi lain kirim:
______________________________________

         WA Bisnis :
       Report & Books
 

 


Follow:
Facebook  Twitter  Instagram  Youtube  

mediadata.co.id - News & Report   

Tidak ada komentar: