21/10/20

Timor Leste

Fortunado; Kami Telah Ditinggalkan Pemerintah 


 

Jakarta,mediadata.co.id-
Sebelum meraih kemerdekaannya sendiri, Timor Leste adalah bagian dari Indonesia. Tapi selapan belas tahun berlalu sejak referendum PBB tahun 2002, bumi Lorosae memutuskan untuk melepaskan diri dari NKRI dan menjadi negara merdeka,  rupanya Timor Leste sempat mengalami jatuh bangun dalam kondisi perekonomiannya.

Sayangnya sejak melepaskan diri dari Indonesia, kondisi perekonomian Timor Leste diyakini belum berkembang.

Bukan rahasia umum lagi, Timor Leste berdiri sebagai negara kecil, sesungguhnya diberkahi dengan kekayaan alam luar biasa salah satunya adalah minyak bumi. Akan tetapi meski menyimpan minyak dalam jumlah besar, Timor Leste dikawatirkan akan mengalami keruntuhan ekonomi.

Melansir dari News Hub, cadangan minyak bumi dan gas utama Timor Lesta hampir habis dan pemerintah negara itu terus melakukan pemborosan. Pemerintah Timor Leste memompa tabungannya dalam skema infratruktur besar yang menurut para kritikus hal itu sangat boros.

Seorang wartawan dari New Zealand, yang bekerja sama dengan Asia New Zealand Foundation Caitin McGee, pernah melakukan penyelidikan ke Ibu Kota Dili, Timor Leste tahun 2017.

Hasilnya, ia menggambarkan negara itu memiliki pegunungan terjal yang melingkari garis pantai yang masih asli, Timor-Leste adalah salah satu keindahan alam dunia yang tak dikenal. Tetapi bagi orang-orang negara itu, tinggal di daerah kumuh di sekitar ibu kota, membuatnya sama sekali tidak indah.

"Kami telah ditinggalkan oleh pemerintah. Bagi para veteran, mereka adalah pahlawan di masa lalu, tetapi sekarang mereka mengkhianati kami," kata pria Timor-Leste Fortunado D'Costa, seperti dikutip intisari online.

Fortunado D'Costa mengatakan bahwa, "Kami mendukung gerakan perlawanan tetapi mereka yang mendukung pemerintah Indonesia masih hidup dengan baik," katanya

"Hari ini kami memiliki kemerdekaan tetapi kami tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya perdamaian dan stabilitas," imbuhnya.

Sekitar 42 persen orang Timor hidup dalam kemiskinan dan orang-orang yang mengais-ngais sampah adalah di antara yang paling putus asa.

Tahun itu menandai 15 tahun sejak Timor-Leste memperoleh kemerdekaannya setelah 25 tahun pendudukan Indonesia.

Sejak itu, para pemimpinnya telah menyatukan demokrasi yang stabil dan menyalurkan listrik ke desa-desa terpencil. Mereka telah berjuang untuk mengurangi kemiskinan yang meluas di antara 1,1 juta orang Timor.

Perkara uang seharusnya bukanlah masalah utama di Timor Leste. Pasalnya Bumi Lorosae telah diberkati dengan cadangan minyak dan gas. Tapi suber uang itu sekarang hampir habis dan pendapatan yang mereka hasilkan akan hilang dalam 10 tahun ke depan karena pemerintah memompa sebagian besar uang yang dihasilkan dari minyak bumi ke skema pembangunan besar.

Pemerintah telah menghabiskan sekitar 300 juta dollar AS (Rp4,4 triliun) untuk Proyek Tasi Mane proyek infrastruktur perminyakan di barat daya negara itu.

Mane, pemerintah memompa ratusan juta untuk mengembangkan daerah kantong yang disebut Oecusse dan mengubahnya menjadi zona ekonomi khusus yang diharapkan dapat menarik investasi asing.

Sekali lagi, ini terbukti kontroversial karena rencana keuangannya tidak jelas. Pemerintah mengatakan proyek-proyek besar ini diperlukan, dan uang kami tidak akan habis.

"Tetapi orang mengira uang akan habis dalam waktu 10 tahun, tapi ini hanya prediksi," kata politisi Timor-Leste Estanislau da Silva, seperti dikutip Intisari Online.

Mimpi Optimisme Ramos
Jadi negara yang masuk dalam kategori termiskin di dunia versi survei MPI, tentu bukan hal yang mudah untuk Timor Leste bisa langsung naik kelas menjadi negara maju, bahkan untuk negara berkembang sekalipun. Minimnya sumber alam yang kurang dikelola baik serta angka kemiskinan yang tinggi tentu akan menghambat jalannya negara tersebut bisa makmur.

Dari rekam jejak, sebelumnya  ada sebuah laporan yang menerangkan jika ladang minyak dan gas utama di Timor Leste bakal habis dan mengering di tahun 2022 - 2027.

Pasalnya, ladang minyak dan gas utama negara itu, proyek Bayu-Undan yang dioperasikan oleh ConocoPhillips, menyediakan sekitar $ 20 miliar untuk dana minyak bumi selama 10 tahun terakhir, tetapi diperkirakan akan berhenti berproduksi pada tahun 2022, bakan peniliti mengirakan akan bangkrut di tahun 2027

Sebelumnya juga. Ramos Horta pernah menegaskan saat menjadi pembicara di Pekan Masyarakat Sipil Internasional di Fiji, Suva bahwa bahwa negaranya, Timor Leste bakal bisa mengatasi rintangan ekonomi.

Ramos Horta sendiri pernah berbicara kepada media pada tahun 2008. Kala itu, politisi yang mengenyam pendidikan di Amerika Serikat itu menyindir Timor Leste bisa menjadi Dubai berikutnya. Tetapi ketegangan telah membara dalam demokrasi yang baru lahir karena ketidaksetaraan pendapatan dan pengangguran yang tinggi.

Melansir dari artikel Zona Jakarta dengan judul "Sesumbar Negaranya Bisa Jadi Dubai ke-2, Ramos Horta: Timor Leste Tidak Kehilangan Satu Sen Pun!", menurut angka terbaru pemerintah dari tahun 2014, 41,8 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan 1,52 dolar per hari. Pemerintah saat ini, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mari Alkatiri, juga menghadapi tekanan yang meningkat untuk menciptakan pekerjaan baru dengan 60 persen penduduknya berusia di bawah 25 tahun.

"Kami mengubah undang-undang kami pada tahun 2009 untuk memungkinkan perubahan yang lebih besar pada portofolio ekonomi kami. Kami sekarang memiliki lebih dari 1.000 investasi di seluruh dunia, Pada saat yang sama, kami berinvestasi dengan bijak. Kami hidup dari investasi ini. Saat saya mengatakan Dubai, saya sedang melamun. Lupakan Dubai. Saya akan senang jika Timor Leste bisa mencapai ketinggian di Fiji,” kata Ramos Horta, seperti dilansir.

Dengan yakin, dia mengungkapkan jika mereka bisa melakukannya dengan lebih baik. Nyatanya. DosiBre 





Bagikan

Komentar & Pesan

Nama
Email *
Pesan *
Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
_______________________________________          Adv
__________________________________________________ 
WAKTU SAAT INI:
Follow:
Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   
mediadata.co.id - News & Report   

Tidak ada komentar: