• Headline
  • H⭕rizon
  • Review
  • About us






  • 28/08/21



    DITENGAH HAMBATAN EKSPOR, BISNIS PORANG TERUS BERKEMBANG




    Mediadata.co.id- Tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan tanaman anggota famili Araceae yang secara umum dikenal dengan nama bunga bangkai karena bau bunganya yang tidak sedap. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan nama iles-iles, iles kuning, acung atau acoan. 


    Tanaman porang merupakan tanaman asli Indonesia dan sudah sejak lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan pada jaman penjajahan Jepang, masyarakat di sekitar hutan dipaksa untuk mendapatkan porang guna keperluan bahan pangan dan industri mereka. Meskipun sudah lama dikenal dan dimanfaatkan, namun aspek budidaya tanaman tersebut, terlebih prosesingnya tidak berkembang. Masyarakat hanya mengambil dari pertanaman yang tumbuh liar di bawah tegakan pohon atau di sekitar hutan, dan menjualnya dalam bentuk umbi basah.


    Penelitian tentang aspek budidaya dan pengolahan porang baru banyak dilakukan sekitar tahun 2000an terutama di Perguruan Tinggi. Nilai ekonomi yang tinggi dan peluang bisnis yang besar mendorong masyarakat dan beberapa pengusaha untuk mengusahakan porang. Sifat tanaman porang yang toleran naungan juga mendorong Perum Perhutani untuk mengusahakan tanaman porang di bawah tegakan hutan industri yang mereka kelola. Pada tahun 1980an Perum Perhutani KPH Saradan telah mulai mengembangkan tanaman porang di kawasan hutan. Pengembangan porang di kawasan hutan industri tersebut diperkuat oleh adanya instruksi dari mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan pada tahun 2012 yang menugaskan Perum Perhutani untuk mengembangkan tanaman porang dengan bermitra dengan para petani pesanggem dalam Program Pengembangan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).


    Sejalan dengan perkembangannya, kini tanaman porang telah berhasil menjadi komoditi yang menembus pasar ekspor. Pada 2020, Menurut data dari otomasi Indonesia Quarantine Full Automation System (IQFAST) Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Barantan), ekspor komoditas Porang meningkat hingga 160%. Dan di perkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya, karena porang merupakan komoditas tanaman baru yang potensial untuk dikembangkan. Mengingat banyak produk yang menggunakan bahan dasar porang seperti produk farmasi, tepung, pangan dan lainnya.


    Berdasarkan catatan Badan Karantina Pertanian, hingga Oktober 2020, ekspor porang ke Tiongkok mencapai 8.675 ton. Selain China, beberapa negara di kawasan Asia seperti Jepang, Thailand dan Australia menjadi pengimpor porang dari Indonesia.





    Pabrik tepung porang


    Berkembangnya budidaya Porang, telah mendorong dibangunnya pabrik-pabrik pengolahan umbi Porang. Pabrik pengolah porang tersebar di beberapa propinsi. Dua diantaranya yaitu PT Asia Prima Konjac di Madiun, Jawa Timur dan PT. Hayumi Agro Indonesia (HAI) di Gresik, Jawa Timur. 


    Pabrik pengolah porang PT Asia Prima Konjac di Desa Kuwu, Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mampu mengolah 80 hingga 200 ton umbi porang basah perhari atau 24 ribu ton hingga 60 ribu ton per tahun menjadi 12 ton keripik dan dua ton tepung porang per hari atau 3.600 ton keripik dan 600 ton tepung porang per tahun.


    Selain itu, industri yang telah memproduksi tepung porang adalah PT. Hayumi Agro Indonesia (HAI) di Gresik, Jawa Timur. Tepung porang hasil produksi PT. HAI ini telah diekspor ke Cina. Sementara kapasitas produksi PT HAI mencapai 2 ton per hari tepung porang, dengan menggunakan bahan baku chip porang sebanyak 3 ton. Sehingga konversi/rendemen porang dari chip porang menjadi tepung porang dengan rendemen 60-70%.


    Perusahaan yang didirikan sejak 2018 ini mengambil bahan baku porang dari Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 


    Sementara itu, menurut Direktur IKM Pangan, Furniture dan Bahan Bangunan, Kemenperin, produksi PT HAI saat ini terkendala oleh injeksi teknologi yang belum dimiliki perusahaan untuk pemurnian glukomanan dari umbi porang. Sehingga perusahaan hanya mampu menghasilkan tepung porang dengan kandungan 60-70% glukomanan. Sedangkan kandungan glukomanan yang dimiliki oleh produsen glukomanan di Cina telah mencapai lebih dari 90%. Kandungan glukomanan ini bernilai ekonomi tinggi karena dapat dijadikan bahan baku berbagai macam produk.


    Untuk meningkatkan daya saing dan mendorong pengembangan pasar ekspor, Ditjen IKMA Kemenperin memberikan fasilitasi bimbingan, pendampingan dan sertifikasi HACCP, serta reimburse atas pembelian mesin peralatan melalui program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan kepada PT. HAI. Selain itu, PT. HAI akan melakukan inovasi dalam pembuatan beras porang dan mi porang.


    Tim Ditjen IKMA juga melakukan kunjungan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia (P4I) - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya yang telah melakukan penelitian dan pengembangan terkait dengan pengolahan tanaman porang sampai tahap tepung porang dengan menggunakan alat skala kecil (kapasitas 10 ton per bulan).


    Saat ini tengah dilakukan penelitian dan pengembangan terkait dengan produk tepung glukomanan, yang proses produksinya masih membutuhkan etanol. P4I juga telah menghasilkan dua produk komersil, yaitu tepung porang sachet dan mi shirataki basah (wet shirataki) berbahan dasar tepung porang. Dalam pengembangan tepung porang pada skala petani atau industri kecil perlu dipertimbangkan aspek serapan produk di pasar.


    Hambatan ekspor porang


    Wakil Menteri Perdagangan, mengatakan terdapat kenaikan signifikan dalam ekspor komoditas porang. Dalam lima tahun terakhir (2016-2020), kenaikan nilai ekspor bahkan mencapai 40,2%. 


    Pada 2020 lalu, Kemendag mencatat nilai ekspor porang ke China mencapai US$ 13,3 juta atau 67,7% dari total nilai ekspor porang. Ekspor porang kedua terbesar yaitu ke Thailand senilai US$ 2,7 juta dolar dan diikuti Malaysia US$ 1,45 juta, Vietnam US$ 732 ribu dan Belanda US$ 439 ribu. Beberapa tujuan negara lainnya, yaitu Australia, Taiwan, Rusia, Singapura, Kamboja, Korea Selatan, Jepang dan Kanada. 


    Ekspor porang berasal dari 15 provinsi. Provinsi yang paling banyak menghasilkan dan mengekspor porang yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Riau, Sumatra Barat, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Barat, Banten, Aceh, Kepulauan Riau, Yogyakarta dan Kalimantan Utara.


    Namun hingga kini masih terdapat beberapa hambatan dalam melakukan ekspor. Salah satunya terkait administratif seperti kode harmonized system (HS). Saat ini belum terdapat kode HS yang khusus untuk komoditas porang sehingga pendataan ekspor porang terbagi ke dalam dua kode HS dan membuat data kurang akurat.


    Menurut Wamendag, perlu adanya upaya diplomasi antar negara untuk menghasilkan kesepakatan satu kode HS untuk porang sehingga data lebih valid. Selain itu, sejak Juni 2020, porang tidak diperbolehkan masuk ke China karena belum adanya dokumen risk management. Oleh karena itu, hingga saat ini baru terdapat empat negara yang bisa lolos melakukan ekspor yaitu Belgia, Korea Utara, Myanmar dan Jepang.


    Seperti telah dikemukakan sebelumnya, selama ini ekspor porang dilakukan berdasarkan dua kode HS. Berikut perkembangan ekspor porang yang tercampur dengan komoditi umbi lainnya. 


    Tabel –

    Perkembangan ekpor porang & umbi lainnya menurut volume & nilai,

    2016-2021*)

    Tahun

    HS Code I

    HS Code II


    Volume (Ton)

    Nilai

    (US$’000)

    Volume (Ton)

    Nilai

    (US$’000)

    2016

    2.284

    3.817

    36.630

    6.105

    2017

    2.844

    4.408

    7.371

    1.572

    2018

    3.491

    5.300

    529

    1.174

    2019

    6.940

    12.430

    1.391

    2.767

    2020

    5.675

    16.585

    12.354

    7.114

    2021

    1.624

    3.376

    1.319

    663

    *) Januari-Mei

    Sumber : BPS/Mediadata








    Bagikan

    Komentar & Pesan

    Nama
    Email *
    Pesan *
    Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
    _______________________________________          Adv
    __________________________________________________ 
    WAKTU SAAT INI:
    Follow:
    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   
    mediadata.co.id - News & Report   

    Tidak ada komentar: