• Headline
  • H⭕rizon
  • Review
  • About us






  • 03/01/21



    Di Tengah Pandemi 

    Bisnis Logistik dan Jasa Kurir Terus Melonjak



    Jakarta, mediadata.co.id

    Geliat bisnis sektor logistik dan kurir melonjak saat pandemi virus corona. Salah satu pemicunya adalah meningkatnya aktivitas digital masyarakat saat pandemi termasuk di dalamnya belanja online atau daring. Aktivitas ini yang mendongkrak sektor logistik dan jasa pengiriman.


    Ketua DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, kegiatan logistik yang masih dapat bertahan bahkan mengalami pertumbuhan positif adalah layanan logistik e-commerce dan layanan pengiriman barang (courier service).


    Hal tersebut juga diakui Kepala Cabang Utama JNE Solo Bambang Widiatmoko. Saat awal pandemi pada Maret dan April 2020, volume pengiriman barang di tempatnya meningkat sampai 30%. Hal ini dipengaruhi banyak masyarakat beraktivitas di rumah, tetapi tetap melakukan transaksi pembelian lewat online.


    Sebelum pandemi, rata-rata volume pengiriman dari Solo ke berbagai wilayah seperti Jabodetabek dan Jawa Timur mencapai 20 ton per bulan. Sebagian barang itu dikirim melalui darat dan udara. Ketika pandemi, pengiriman via udara anjlok, karena banyak rute penerbangan tutup akibat tidak ada penumpang, sedangkan pengiriman barang via darat malah meningkat.


    Peningkatan pengiriman barang itu, membuat pihaknya menambah armada. Saat ini, pihaknya diperkuat 35 unit armada, di antaranya 15 unit truk yang semuanya merek Isuzu yakni truk Giga dan Elf NKR. Menurut dia, bisnis pengiriman adalah bisnis kepercayaan dan ketepatan waktu. Sehingga armada yang digunakan juga harus memiliki keandalan. 


    Terkait hal itu, Kepala Wilayah Astra Isuzu Jateng dan DIY Sucipto mengatakan, pihaknya terus berusaha melakukan berbagai inovasi untuk mendukung pertumbuhan bisnis sektor logistik dan kurir ini. Di antaranya, berusaha meningkatkan layanan purna jual dengan menyediakan berbagai suku cadang yang dibutuhkan konsumennya di rute-rute yang sering mereka lalui. 


    Sehingga posisi tertinggi pangsa pasar Isuzu berada di wilayah Solo dan sekitarnya mencapai 40,2%, disusul DIY 36,2%, Pekalongan 30,8 %, dan Semarang 23,1%. Secara nasional, pangsa pasar varian Isuzu di kendaraan komersial sedang bertumbuh. 






    Logistik capai pertumbuhan 30%


    Industri pengiriman barang tumbuh positif tiap tahunnya sejalan dengan perkembangan e-commerce yang tercatat 500% dalam empat tahun terakhir. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memprediksi potensi pertumbuhan bisnis logistik di dalam negeri bisa mencapai lebih dari 30% pada 2020. Perkiraan pertumbuhan sektor ini secara menyeluruh bisa mencapai Rp 40 triliun atau lebih per tahun.


    Sementara itu, data Indeks Kinerja Logistik Bank Dunia mencatat logistik Indonesia telah meningkat sangat pesat dalam tiga tahun terakhir. Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-46 secara global dibandingkan pada 2016 yang berada di peringkat ke-63.


    Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi menilai potensi bisnis pengiriman jasa barang akan semakin meningkat dengan adanya penetrasi internet dan infrastruktur yang semakin luas karena dibangun oleh pemerintah. 


    Tentunya, munculnya startup-startup logistik baru, karena mereka melihat potensi yang besar di industri tersebut apalagi dengan adanya pesanan e-commerce yang terus meningkat.


    Maka secara keseluruhan, potensi bisnis logistik di Indonesia sangat besar sejalan dengan perkembangan bisnis e-commerce yang semakin pesat. Hal ini mendorong pelaku bisnis jasa kurir maupun logistik melakukan pengembangan melalui investasi pada platform e-commerce di Indonesia. Misalnya, beberapa startup logistik baru juga mulai bermunculan di Indonesia, seperti Paxel, Iruna, Triplogic, Expedito dan Kargo yang menawarkan beragam solusi teknologinya pada penggunanya.



    Transaksi bisnis e-commerce capai US$ 32 miliar 


    Google, Temasek dan Bain & Company merilis laporan tahunan “e-Conomy SEA 2020” yang membahas perkembangan bisnis digital atau internet di Asia Tenggara. Terdapat 7 sektor digital yang disorot. Selain yang sudah ada sebelumnya, yakni e-commerce, transport & food, online travel, online media, dan financial services; tahun ini riset menambahkan dua bisnis baru yakni healthtech dan edtech — karena keduanya mengalami pertumbuhan signifikan di tengah pandemi Covid-19.


    Pandemi juga mendorong penetrasi pengguna internet di regional, tercatat sekitar 40 juta pengguna baru di tahun 2020. Sehingga secara total di Asia Tenggara ada sekitar 400 juta pengguna internet — setara dengan 70% dari total populasi. Adanya pembatasan sosial membentuk kebiasaan baru seperti kegiatan bekerja/sekolah dari rumah, sehingga berdampak pada konsumsi layanan digital yang meningkat tajam.


    Di Indonesia 56% dari total konsumen layanan digital tahun 2020 berasal dari luar area metro, sementara sisanya 44% masih dari area metro. Dengan kata lain, sampai saat ini perkembangan digital masih Jabodetabek-sentris karena dari akses sampai infrastruktur terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara area metro dan non-metro.


    Sementara itu, nilai total transaksi atau Gross Merchandise Value (GMV) menjadi besaran yang digunakan untuk mengukur unit ekonomi dalam laporan ini, yaitu menunjuk pada nilai transaksi/penjualan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu oleh pengguna. GMV untuk ekonomi internet di Asia Tenggara (akumulasi dari nilai yang didapat dari 7 sektor) diproyeksikan akan melebihi US$ 100 miliar. Indonesia sendiri memberikan kontribusi senilai US$ 44 miliar atau setara Rp. 621 triliun.


    Di Indonesia, sebagian besar kontribusi GMV berasal dari layanan e-commerce, yakni sebesar US$ 32 miliar, diikuti platform trasport & food senilai US$ 5 miliar, online media US$ 4,4 miliar dan online travel US$ 3 miliar.


    Sementara itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis laporan terbaru terkait statistik pengguna internet di Indonesia. Pada tahun 2020, terdapat lebih dari 25 juta pengguna internet baru di dalam negeri (naik 8,9% dibanding tahun 2019). Pada laporan Google-Temasek-Bain & Company, dinyatakan Indonesia sudah berada pada jalur yang benar dalam membangun ekonomi digitalnya.


    Kendati tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa fase ekonomi digital Indonesia masih “early stage”, namun setidaknya fondasinya sudah terbentuk dengan baik. Mengamati kembali pada satu dekade ke belakang, bisnis e-commerce dan ride-hailing mampu menjadi lokomotif industri yang baik, mereka memperluas cakupan digital savvy di Indonesia – baik dari kalangan konsumer maupun Usaha Kecil Menengah (UKM). Implikasinya berbagai model bisnis (digital) baru lebih cepat diterima.


    Covid-19 juga memberikan dampak yang sangat signifikan. Beberapa sektor bisnis mengalami tekanan, misalnya online travel, namun penyelenggara layanan digital mampu beradaptasi cepat. Dalam statistik e-Conomy, platform Online Travel Agent (OTA) masih memiliki posisi cukup signifikan.


    Di sisi lain, pandemi tengah mematangkan tingkat adopsi digital masyarakat. Keuntungannya bagi pemain digital mungkin terlihat di kemudian hari. Saat lockdown masyarakat mulai membiasakan berbelanja, belajar, berkonsultasi kesehatan secara online. Sehingga hal ini akan menjadi kebiasaan baru. Apalagi jika platform mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan baik. 


    Harbolnas dorong pendapatan jasa kurir

     

    Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) telah mendorong pendapatan bisnis jasa pengiriman termasuk jasa kurir. Tidak hanya pada pemain lama, namun juga perusahaan baru memperoleh transaksi bisnis jasa kurir. Indonesia menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara bagi para pemain dagang dalam jaringan atau e-commerce.


    Dari populasi penduduk yang berjumlah 269 juta jiwa, sekitar 70 juta orang lebih memiliki smartphone. Sehingga bisnis e-commerce di dalam negeri mengalami perkembangan sangat pesat. Berkembangnya bisnis dalam jaringan atau daring membuat pola baru dalam berbelanja. Kini masyarakat lebih suka belanja secara online disbanding offline. Hal ini mendorong transaksi di bisnis online menjadi lebih besar.


    Mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebut telah terjadi revolusi industri di Indonesia. Gross Marchandise Value (GMV) atau nilai total transaksi e-commerce terus meningkat. Pada 2019, GMV e-commerce Indonesia mencapai US$ 21 miliar atau Rp 294 triliun. 


    Pertumbuhan e-commerce tersebut memberikan efek domino terhadap bisnis lain seperti jasa pengiriman barang atau logistik. Hal ini membuat munculnya para pemain baru untuk berburu "potongan kue" dari membeludaknya orderan pengiriman barang.


    Terdapat beberapa pemain baru seperti J&T Express, Ninja Express dan SiCepat Ekspres. J&T Express misalnya yang didirikan 20 Agustus 2015 ini telah dikenal masyarakat dalam waktu singkat. 


    Pada saat festival belanja online 11.11 yang berlangsung pada November 2019, penerimaan paket J&T Express melonjak hingga 70% dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai mitra logistik dalam platform e-commerce, ditambah tingginya permintaan masyarakat, pengiriman paket J&T Express diklaim mencapai enam juta paket pada periode tersebut.


    Sementara untuk Harbolnas 2018, J&T Express mencatat rekor pengiriman baru dengan total 4,5 juta paket. Sementara Ninja Express, dalam kurun waktu empat tahun, perusahaan jasa kurir ini berhasil dalam persaingan di pasar bisnis logistik nasional. Sehingga pada 2019, perusahaan asal Singapura ini masuk menjadi top three perusahaan layanan pengiriman di dalam negeri.

     

    Konsistensi mereka mendukung ekonomi digital melalui pelaku UKM telah mengantarkan pangsa pasar Ninja Xpress semakin meningkat. Saat ini Ninja Xpress telah memiliki ribuan kurir yang telah beroperasi menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Kemudian dari satu juta paket terkirim di tahun 2017, pada 2019 sudah meningkat drastis menjadi 50 juta paket.


    Pemain lama dalam jasa pengiriman barang, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), juga mencatatkan hasil positif. Pada Harbolnas pada Oktober 2019, JNE memproleh kenaikan pengiriman hingga 15%. Diakui Presiden Direktur PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mohammad Feriadi, setiap harinya JNE mengalami pertumbuhan dalam pengiriman barang. Saat ini perusahaannya telah melayani lebih dari satu juta paket per harinya. 

    ***


     
    Bagikan

    Komentar & Pesan

    Nama
    Email *
    Pesan *
    Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
    _______________________________________          Adv
    __________________________________________________ 
    WAKTU SAAT INI:
    Follow:
    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   
    mediadata.co.id - News & Report   

    Tidak ada komentar: