07/12/19

Industri Kopi





Konsumsi Kopi Diprediksi Mencapai 370 Ribu Ton di 2021
Kopi bisa menjadi alternatif bagi penopang pertumbuhan ekonomi nasional.
⚪INDUSTRI 


Saat ini minum kopi sudah menjadi tren bagi anak-anak generasi millenial. Kopi kini bukan sekedar minuman penghilang rasa kantuk, tapi gaya hidup.

Fakta menjamurnya cafe ataupun waralaba gerai kopi jelas menciptakan tren tersendiri. Otomatis konsumsi kopi pun meningkat. Hal ini membuat produksi kopi dalam negeri terserap di dalam negeri.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), melansir bahwa Indonesia sudah mulai mengurangi impor kopi dari luar negeri. Adapun impor kopi sepanjang Januari-Juni 2019 mencapai 16.617 ton. Volume tersebut turun drastis dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 65.168 ton.

Searah dengan data tersebut, penyerapan industri dalam negeri terhadap kopi robusta pada tahun ini naik hingga 14 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 350.000 ton. Adapun sisa dari produksi yang tidak diserap dalam negeri, diekspor oleh para produsen. Medio, Senin, 9/9/19. Kompas.com.

Dalam hal ini juga, pakar agribisnis dari Universitas Dipenogoro Bambang Dwiloka menyebutkan kebutuhan kopi dunia mencapai 10,5 juta ton per tahun, sedangkan produksi hanya 9,5 juta ton per tahun. "Kalau di lihat dari gap tersebut, maka kita bisa lihat prospek pengembangan kopi ini terlihat masih sangat menjanjikan, khususnya bagi Indonesia yang produksinya belum sampai 1 juta ton per tahun," ucapnya pada acara Kafe BCA On The Road di Semarang, Jawa Tengah, beberapawaktu lalu.

Sejalan dengan itu, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian konsumsi kopi nasional pada 2016 mencapai sekitar 250 ribu ton dan tumbuh 10,54% menjadi 276 ribu ton. Konsumsi kopi Indonesia sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22%/tahun. Pada 2021, pasokan kopi diprediksi mencapai 795 ribu ton dengan konsumsi 370 ribu ton, sehingga terjadi surplus 425 ribu ton.



Konsumsi Kopi Nasional (2016-2021)

Sekitar 94,5% produksi kopi di Indonesia dipasok dari pengusaha kopi perkebunan rakyat. Adapun 81,87% produksi kopi nasional merupakan jenis robusta yang berasal dari sentra kopi di Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur dan Jawa Tengah, seperti dikutip dari Databoks.datakata.co.id, 31/7/2018.

Kluster Pengembang Kopi
Kabar Malang menjadi kluster pengembangan kopi nasional pada 2020 mencuat. Sehingga perlu didukung sinergi antarstakeholder agar program tersebut dapat berjalan dengan baik, yakni pengembangan kopi dari hulu dari hingga hilir.

Pernyataan itu diungkapkan Anggota Komisi XI DPR RI, Andreas Eddy Susetyo, yang mengatakan Malang cocok sebagai salah satu kluster pengembangan kopi nasional karena potensinya memang ada.



“Begitu juga dengan sisi hilirnya, di Malang banyak berdiri coffee shop dan pelaku bisnis kopi, bahkan eksporter,” paparnya di Malang, Minggu (1/12/2019), terkutip di Bisnis.com.

Selain kebun tanaman kopi di Ampelgading, Tirtoyudo, dan Dampit, juga ada di Karangploso di lereng Gunung Arjuno, Kab. Malang. Di Kab. Malang, lahan kebun kopi jenis Robusta mencapai 16.000 hektar, sedangkan Arabika ada 6.000 hektare. (bbs/dos/image:ist)






Komentar & Pesan

Nama
Email *
Pesan *
Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
_______________________________________          Adv
__________________________________________________ 
WAKTU SAAT INI:
Follow:
Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   




24/11/19

Industri Tepung

Meski Bahan Baku Tepung Beras Masih Impor Namun Ekspor Bihun Sudah Capai US$ 33,95 Juta


  

|| INDUSTRI 

Sepertinya bahan baku industri tepung terigu di dalam negeri masih tergantung beras impor, dimana  impor beras pecah (broken rice) yang biasa digunakan untuk bahan baku industri tepung terigu pada tahun 2018 lalu sudah mencapai 402 ribu ton atau kontribusinya sekitar 17,8%  dibandingkan dengan total impor beras tahun itu sebesar 2,25 juta ton. Sedangkan dilihat dari nilainya, impor beras pecah itu mencapai US$ 166 juta, atau sekitar 16,1% dari total nilai impor beras tahun itu sebesar US$ 1,03 miliar. Adapun tahun 2019 ini, selama Januari-Agustus impornya sudah mencapai 244,8 ribu ton senilai US$ 104 juta.
Namun demikian, dari hasil industri tepung beras di dalam negeri, yaitu industri bihun tampak memiliki potensi yang menggembirakan setelah setiap tahunnya berhasil melakukan peningkatan penestrasi ke pasar global. Tercatat dalam lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2014 lalu ekspornya baru mencapai 10.730 ton senilai US$ 14,2 juta menjadi 20.930 ton dengan sebesar US$ 33,95 juta. Sedangkan tahun 2019 ini, selama Januari-Agustus impornya sudah mencapai 8.306 ton senilai US$ 15,6 juta. 

Tidak berbeda dengan bahan bakunya yaitu beras pecah, impor tepung beras juga  memiliki kecenderungan peningkatan hanya saja volume dan nilainya masih tergolong kecil. Tercatat selama 2015-2018, impor tepung beras ke Indonesia berfluktuasi, yaitu dari hanya 383 kg senilai US$ 1.260 pada 2015 melonjak menjadi 2.251 ton pada 2017 dan kembali turun tajam menjadi 158 ton pada 2018. Memasuki tahun 2019, selama Januari-Agustus 2019, impor tepung beras telah mencapai 3.791 ton dengan nilai US$ 2,8 juta.


Sama dengan impornya, ekspor tepung beras Indonesia relatif kecil. Selama 2015-2018, meningkat dari 121 ton senilai US$ 98 ribu pada 2015 menjadi 354 ton senilai US$ 278 ribu. Sementara selama Januari-Agustus 2019, ekspor tepung beras telah mencapai 203 ton dengan nilai US$ 194 ribu.

Bihun (image:ist)
Selain tepung beras, Indonesia juga mengekspor broken rice, namun tidak stabil dan tidak kontinyu. Dalam kurun itu, ekspor broken rice terbesar dicapai tahun 2016 dengan volume 525 ton senilai US$ 191 ribu. Adapun tahun 2019 lalu, Perum Bulog gagal melakukan ekspor beras, dikarenakan harga jual beras.

Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) menjelaskan kegagalan ekspor karena harga beras dari Indonesia ditetapkan pada kisaran Rp8.000 per kilogram (kg). Padahal, harga beras di pasar internasional hanya sekitar Rp6.200 per kg. Untuk itu, Bulog memiliki alternatif untuk menjual beras Indonesia ke pasar dunia. Misalnya, dengan mengolahnya menjadi tepung beras dan diekspor ke beberapa negara, seperti Filipina dan Papua Nugini.

Sebagaimana diketahui, untuk tepung beras, proses pembuatannya adalah dengan menumbuk atau menggiling beras sampai teksturnya sehalus tepung pada umumnya. Di Indonesia sendiri terdapat tepung beras putih dan tepung beras ketan. Baik tepung beras atau tepung beras ketan bisa menjadi bahan untuk membuat aneka kue basah. Selain itu, tepung beras juga merupakan bahan baku pembuatan bihun (vermicelli). 

Industri Bihun
Di pasaran dikenal dua jenis bihun, yaitu bihun kering dan bihun instan. Bihun kering merupakan suatu bahan makanan yang dibuat dari tepung beras dengan/tanpa bahan tambahan dan berbentuk benang-benang. Sedangkan bihun instan adalah produk makanan kering yang dibuat dari tepung beras dengan/tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk benang-benang dan matang setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 3 menit.

Bahan baku bihun terdiri atas bahan baku utamanya adalah beras, atau lebih tepat tepung beras. Jenis beras yang baik untuk digunakan adalah jenis beras yang baik untuk digunakan adalah beras pra misalnya beras PB (5, 36, 42), IR (26 36), Semeru, Asahan, beras Birma, beras Siram dan beras Hongkong.

Beras pra akan menghasilkan bihun yang tidak lengket bila dimasak, juga memperingan kerja mesin penggiling dan pencetak bihun, sedangkan penggunaan beras pulen akan menghasilkan bihun yang lembek dan lengket. Sedangkan bahan baku tambahan yang digunakan adalah Sodium disulfit, air, tawas dan air kau-sui (untuk membuat bihun instan).




Komentar & Pesan

Nama
Email *
Pesan *
Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
_______________________________________          Adv
__________________________________________________ 
WAKTU SAAT INI:
Follow:
Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   




21/11/19

Reuni Akbar Wartawan Sumsel Pertamakali: 200 Siap Hadiri


Gayungpun bersambut. Keinginan para wartawan senior yang bertugas di Sumsel era tahun 1970 an hingga 1999 (789) untuk melepas kangen yang dikemas dalam acara reuni (silaturrahmi) akhirnya bakal terwujud. 

Pada momentum yang bersejarah ini,  nantinya sejumlah wartawan yang berdarah seniman juga akan tampil membacakan puisi seperti Dimas Agus Pelaz,  Anto Narasoma, Deni Kurnia dan yang lainnya. 



Ketua Panpel H Iklim Cahya, berharap semua wartawan Sumsel 789 dapat hadir pada acara tersebut, tanpa terkecuali. Himbaunya. Rencananya acara tersebut, nantinya akan dihadiri sekitar 200 orang wartawan di Istana Gubernur,  Griya Agung, Palembang, Kamis, 21 November 2019.

Gubernur Sumsel H Herman Deru dan Wagub H Mawardi Yahya juga sudah menyatakan keinginannya untuk hadir. Selain itu juga para pejabat teras Sumsel,  dan mantan pejabat seperti Mantan Gubernur Sumsel H Rosihan Arsyad juga telah mengkonfirmasi untuk hadir.

Ketua Panpel, Drs H Iklim Cahya,  MM, menegaskan bahwa selain para wartawan Sumsel 789 yang datang dari berbagai penjuru tanah air seperti Sumbar,  Riau, Kepri, Jambi Lampung, Babel, Jakarta, Jawa Barat, Bali serta Sulsel. Sudah barang tentu juga akan dihadiri para wartawan yang masih berdemosili di Sumsel,  khususnya Kota Palembang.

Pasalnya, acara reuni akbar wartawan Sumsel ini memang baru pertama kali diselenggarakan,  tapi bukan hanya sebatas temu kangen dan melepas rindu semata, juga akan lebih dari itu dan akan dilakukan lounching buku wartawan hebat Sumsel 789, yang memuat profil dan perjalanan karier serta pengalaman berharga dari para wartawan Sumsel. Ketua Tim Editor, H Syahril Fauzi,  mengatakan bahwa lebih dari 100 wartawan yang mengirimkan tulisannya untuk buku tersebut, seperti dikutip dari kotaindustri.com.

Perlu dicatat, untuk kenang-kenangan,  nanti para wartawan 789 akan memberikan buku, karikatur,  dan piagam penghargaan kepada Gubernur Herman Deru. Juga sebaliknya Gubernur juga akan memberikan penghargaan kepada para wartawan Sumsel 789, atas kontribusinya dalam pembangunan Sumatera Selatan. (bbs/dos)


+
Breackingnew
⚪Kilas Berita
Hari ini, 21/11, pukul 13.45, foto dan video sebelum acara Reuni Akbar Wartawan Sumsel dimulai.
Baju biru Gub Sumsel Herman Deru di lobby sebelum acara dimulai.


Video 

◼ Book & Report










    •  🔴

15/11/19

Pemberlakuan SNI Wajib Baja Tulangan Beton Gusur Produk Baja Banci Induction Furnace?







Pengawasan yang telah dilakukan terhadap baja tulangan beton yang beredar di pasar, ternyata masih banyak ditemukan hingga 82 persen produk yang belum sesuai SNI. Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Veri Anggrijon dalam acara Kementerian Perdagangan menggelar Koordinasi Peredaran Baja di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, akhir Oktober lalu (30/10/2019).

Oleh sebab itu, lanjutnya diperlukan komitmen dari pelaku usaha dan pemerintah melalui kesepakatan bersama untuk menerapkan SNI pada produk baja. Dengan demikian dalam jangka waktu yang telah ditentukan dapat ditindaklanjuti, termasuk dalam hal penegakan hukum jelasnya kepada peserta perwakilan instansi pemerintah terkait, maupun pimpinan 113 perusahaan yang bergerak di bidang industri besi dan baja, serta sejumlah perwakilan asosiasi baja seperti The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI), dan Indonesia Zinc-Aluminium Steel Industries (IZASI). 
Tantangan lain yang dihadapi saat ini adalah penerapan teknologi Induction Furnace (IF) dalam produksi baja. Teknologi IF berkaitan erat dengan isu pencemaran lingkungan dan low quality steel. Perwakilan The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menyatakan, sejak tahun 2017 China telah melarang penerapan teknologi IF dan penjualan scrap kepada industri baja dengan teknologi IF. Akhirnya terjadi relokasi pabrik baja berteknologi IF ke negara-negara ASEAN.
Asean Iron and Steel Council (AISC) telah menolak relokasi industri baja IF dari China ke negara-negara ASEAN dengan beberapa alasan. Selain tidak ramah lingkungan, pabrik ini menghasilkan produk baja karbon dengan kualitas di bawah standar. Produk baja tulangan yang dihasilkan dengan teknologi IF pun sebaiknya tidak digunakan dalam baja tulangan beton dalam instalasi struktur bangunan. 
“Saat ini belum ada ketentuan terkait bahan tulangan beton dengan teknologi IF. Namun, industri diharapkan tetap mengutamakan kualitas dan syarat mutu untuk produk Baja Tulangan Beton sesuai SNI 2052:2017 yang mulai berlaku 30 Mei 2019 mengingat Indonesia adalah negara yang rawan bencana gempa,” ujar Dini Hanggardani, Direktur Industri Logam Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian dalam keterangan tertulis.
Banjir Impor Baja Ber-SNI
Saat ini menurut Direktur Utama, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PTKS), Silmy Karim, akibat membanjirnya produk baja impor ber SNI menyebabkan kinerja industri baja nasional utilisasinya saat ini rata – rata di bawah...
⚪Baca komplit>>

(Image:ist/google)

◼ 













    •  🔴






Komentar & Pesan

Nama
Email *
Pesan *
Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
_______________________________________          Adv
__________________________________________________ 
WAKTU SAAT INI:
Follow:
Facebook  Twitter  Instagram  Youtube