• Headline
  • H⭕rizon
  • Review
  • About us






  • Pemandangan 'Lazim' Tumpukan Sampah di Palembang







    Oportunity  |  
    Lautan Sampah di Anak Sungai Musi
    Lautan sampah pernah menjadi pemandangan biasa di Sungai Tawar, di Jalan Sungai Tawar 1 RT 11 Kelurahan 29 Ilir Palembang  Sumatera Selatan (Sumsel). Sampah yang menggenang dan menutupi aliran anak Sungai Musi ini, terbawa dari aliran sungai yang bermuara ke Sungai Tawar, selain ada juga warga sekitar yang sengaja membuang sampah ke anak Sungai Musi itu.
    Pemandangan tidak sedap dan bau menyengat di Sungai Tawar itu, disebabkan aliran sungai tersebut sudah dipenuhi sampah dan telah lama tidak dibersihkan. Di sepanjang sungai merupakan kawasan padat penduduk., sehingga sampah didominasi oleh limbah rumah tangga, seperti plastik, popok, sisa-sisa bekas makanan, karung bahkan bekas peralatan rumah tangga yang tidak lagi dipakai.
    Kondisi anak Sungai Musi yang dipenuhi sampah juga sempat terjadi di Sungai Rengas, Sungai Tali Gawe dan Kampung Lorong Batu Ampar di Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur (IT) II Palembang, Sumsel. Akibat lamanya sungai tak dibersihkan dan sampah menumpuk, aliran sungai pun berubah menjadi hitam. Hal ini berbanding terbalik jika melihat Sungai Musi yang berwarna cokelat keruh.
    Ancam Pasokan Air Bersih 
    Pasokan penyediaan air bersih untuk Sumatera Selatan (Sumsel) terutama Kota Palembang dari aliranSungai Musi semakin terancam. Lautan sampah yang menggenang di anak Sungai Musi membuat kualitas untuk air bersih semakin menurun.
    Wali Kota (Wako) Palembang Harnojoyo mengatakan, air Sungai Musi tidak akan bisa selamanya menjadi sumber baku air bersih ke masyarakat. Kondisi air di Sungai Musi kini semakin terancam karena limbah sampah yang bertebaran. Terutama di anak Sungai Musiyang berada di pemukiman warga Palembang. Tercatat dari ratusan anak Sungai Musi di Palembang, kini hanya bersisa 95 anak Sungai Musi. Itu pun ada yang tertutup oleh tumpukan sampah disepanjang aliran sungai.
    Karena itu, untuk menyediakan sumber pasokan air baku baru bagi warga Palembang. Pemkot Palembang telah membangun embung seluas 100 hektar, yang berguna untuk pengendali air,”katanya. Bahkan Kota Palembang menjadi satu dari 11 kota dan 1 Provinsi di Indonesia yang masuk dalam program Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
    Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018, daerah yang terpilih akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Perpres ini ditandatangani Presiden Joko Widodo pada tanggal 12 April 2018. Salah satu alat yang akan menyukseskan program ini adalah insenarator, teknologi pembakaran sampah yang menggunakan pembakaran bahan organik.
    Palembang 1.400 Ton Sampah Perhari
    Kota Palembang memiliki kontribusi dalam penghasil sampah dalam jumlah volume yang besar jika dibanding 16 Kabupaten kota lainnya di Sumatera Selatan. Sampah yang dihasilkan warga Kota Palembang bahkan mencapai 1.400 ton per hari. Sebagian besar sampah di Palembang tersebut disumbang dari rumah tangga, pasar tradisional, pertokoan, perkantoran, dan aktifitas warga kota lainnya.
    Sementara itu, ditengah membludaknya sampah di Kota Palembang, kini daya tampung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukawinatan sudah mencapai limitnya. Dari luasan 25 hektar kini hanya menyisakan tiga hektar saja.
    “Karena lokasi pembuangan kian terbatas kita akan carikan solusi yakni menggunakan teknologi incinerator. Namun saat ini masih terganjal masalah administrasi karena itu kami minta Gubernur Sumsel dapat membantu. Sedangkan lokasi tempat pembuangan sampah di Karyajaya lahannya tidak besar. Kemungkinan juga terhalang aturan,” ujar Walikota Palembang, Harnojoyo kepada pers setempat  beberapa waktu lalu.

    Foto-foto:istimewa/google


    Masih Minimnya Armada Sampah 
    Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Palembang, Alex Fernandus kepada wartawan setempat sempat menyatakan, dengan hanya memiliki 80 truk operasional pengangkut sampah, masih sangat sulit untuk membagi pengambilan sampah dari pasar dan sampah rumah tangga per kecamatan, yang plastik sampahnya mencapai 1.000 ton.
    "Contohnya 40 truk digunakan untuk mengangkut 300 ton sampah dari pasar setiap hari, dan 40 lainnya untuk setiap kawasan rumah tangga. Secara keseluruhan belum memadai," ujarnya.
    "Keterbatasan armada ini tidak mampu mengangkut sampah di berbagai titik di Kota Palembang. Setengahnya mengangkut sampah di pasar dan ini sangat tidak seimbang. Sementara volume sampah di lingkungan kota bisa meningkat 1.200 ton perhari," keluhnya dimana ada sebanyak 50 persen sampah plastik yang tersebar di Kota Palembang berasal dari limbah rumah tangga.
    Dia mengakui, jumlah mobil pengangkut sampah juga masih terbatas karena semakin tingginya volume sampah, di antaranya diakibatkan oleh makin banyaknya pembangunan hotel, rumah sakit, dan lainnya yang turut menyumbang volume sampah. (sumber: Detik news, Sripo.com dll)






    Bagikan




    Komentar & Pesan

    Nama
    Email *
    Pesan *
    Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.
    _______________________________________          Adv
    __________________________________________________ 
    WAKTU SAAT INI:
    Follow:
    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube   


    mediadata.co.id - News & Report